kievskiy.org

Tingkatkan Kreatifitas Anak Butuh Peran Guru dan Orangtua

PENGAJAR dari Ganara Art Studio dalam Lokakarya
PENGAJAR dari Ganara Art Studio dalam Lokakarya

MENGGAMBAR pemandangan menjadi salah satu hal yang umum dilakukan oleh seorang anak. Uniknya, selalu ada kesamaan ketika seseorang menggambar pemandangan. Yakni gunung, dengan jalan setapak dan sawah di sekitarnya juga matahari yang terbit di sela-sela gunung. Aneh memang, tapi begitulah adanya bahkan ketika seseorang tak lagi anak-anak. Seperti yang digambar oleh puluhan guru PAUD dan TK dari berbagai daerah di Jakarta dalam lokakarya "Mengajar Kreatif" di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu, 23 Juli 2016. Ketika Ganara Art sebagai pembicara mengajak para guru menggambar, lebih dari lima puluh persen guru menggambar gunung dengan rangkaian yang sama persis dengan yang telah disebutkan di atas. "Ketika disuruh gambar pemandangan rata-rata akan menggambar gunung dan sawah. Itu artinya pemahaman ibu-ibu tentang menggambar pemandangan itu seragam," kata Nando Kamilina, salah satu pengajar dari Ganara Art Studio ketika melihat gambar yang dibuat oleh para guru tersebut. Tak ada alasan yang pasti mengapa hal tersebut bisa terjadi. Bahkan, kata Nando, ketika dirinya mengajar di Ambon yang notabene kaya dengan laut, anak-anak tetap menggambar gunung yang sebenarnya tidak biasa mereka lihat. Yang pasti, hal tersebut terjadi karena ada keseragaman yang telah lama diwariskan dalam dunia pendidikan seni. "Jika dia sudah terbiasa dengan keragaman, dia tidak akan merasa aneh jika ada orang yang berbeda dengan dirinya dan itu baik untuk tumbuh kembang anak saat dia menghadapi masalah," ucapnya. Lokakarya yang digelar bertepatan dengan Hari Anak Nasional dan juga merupakan rangkaian Bazaar Art Jakarta 2016 ini memang ditujukan untuk memberi pemahaman baru pada guru. Nando menuturkan, sebagai agen pendidikan guru perlu diberi pemahaman menangani pentingnya berkreasi. Selain itu, dalam menanamkan kreatifitas pada anak perlu peran guru dan orang tua yang juga kreatif. "Tak dimungkiri selama ini guru mengajar hanya mengandalkan fasilitas sekolah, sehingga jika fasilitas terbatas maka mengajar dengan seadanya. Saya dulu juga guru TK, beruntung sekolah tempat saya bekerja dulu meniliki fasilitas yang memadai, tetapi masih banyak juga sekolah yang kurang beruntung, maka guru harus menyiasati agar tetap bisa memberikan pelajaran kreatif bagi murid," ucapnya. Beberapa hal yang diajarkan Ganara di antaranya membebaskan murid berkreasi dengan hal yang mereka sukai. Selain itu untuk menyiasati terbatasnya fasilitas di beberapa sekolah, penggunaan barang daur ulang pun disarankan. "Seperti waktu kami memberikan pelatihan di Ambon, kami menggunakan pasir untuk mewarnai dan menggambar. Namun setelah itu, guru di sana menggunakan sabut kelapa untuk mewarnai, hal seperti itu yang kami harapkan bagi para guru TK dan PAUD," kata dia. Ganara Art Studio yang berdiri sejak 2013 memang mempunyai gerakan bernama "Berbagi Seni" yang dimulai pada 2014. Melalui pergerakan ini mereka membagikan ilmu seni kepada anak-anak yang kurang mampu seperti anak jalanan atau anak yatim piatu. Selain itu mereka juga mempunyai gerakan "Mari Mengajar Kreatif" yang dimulai sejak November 2015 untuk memberikan inspirasi bagi para guru dalam memberikan pelajaran kepada anak didik secara kreatif. Selain meningkatkan kreatifitas anak melalui pelatihan mengajar yang diberikan pada guru, dongeng juga menjadi salah satu alternatif lain dalam mengajarkan kreatifitas pada anak sejak dini. Pendongeng dari komunitas Ayo Dongeng Indonesia (DI) Rika Endang Triyani yang juga mengisi acara di peringatan Hari Anak Nasional 2016 di TMII menuturkan melalui dongeng ada kedekatan yang tumbuh antara orang tua dan anak, menciptakan kecintaan anak pada buku, hingga mengajarkan nilai kebaikan pada anak tanpa terkesan menggurui. "Misalnya anak enggak mau makan sayur, kalau kita marahin dia tetap enggak akan mau. Cobalah lewat dongeng. Jadi kita enggak harus marah-marah tapi dengan persuasif bisa mengajak anak makan sayur," kata Rika seraya menuturkan imajinasi anak dan perbendaharaan kata anak akan lebih kuat dan kaya dengan dongeng. Ayo DI sendiri, kata Rika didirikan sejak 2007 oleh beberapa pecinta dongeng untuk mempopulerkan kembali dongeng di keluarga Indonesia. Dia sendiri mulai aktif sejak beberapa tahun terakhir. "Awalnya saya relawan, tapi kok lama-lama asyik juga ya. Lihat Pak Raden mendongeng dengan gayanya dia dan ya saya pikir kalau enggak nerusin siapa lagi? Enggak ada regenerasi. Di Ayo DI kami upayakan itu agar tidak terputus," ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat