kievskiy.org

3,9 Persen Riset Perguruan Tinggi Layak Produksi Massal

WAKIL Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan Bambang Riyanto Trilaksono (kedua kiri) memberikan penjelasan seusai acara penandatanganan kontrak Inovasi Perguruan Tinggi di Industri, Senin (7/3/2016), di Jakarta. Dua hasil riset ITB didorong Kemenristek Dikti untuk menjadi produk inovasi.*
WAKIL Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan Bambang Riyanto Trilaksono (kedua kiri) memberikan penjelasan seusai acara penandatanganan kontrak Inovasi Perguruan Tinggi di Industri, Senin (7/3/2016), di Jakarta. Dua hasil riset ITB didorong Kemenristek Dikti untuk menjadi produk inovasi.*

JAKARTA,(PR).- Di tahun 2016 ini telah sebanyak 3,9 persen inovasi riset di perguruan tinggi yang berhasil mencapai tahap Technology Readiness Level (TRL) 9. Jumlah tersebut yakni sebanyak 35 inovasi riset, dari sekitar 900-an riset potensial yang ada di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Riset yang berada di tahap TRL 9 merupakan hasil penelitian atau teknologi yang telah teruji dan siap diproduksi secara massal. Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jumain Appe menuturkan jumlah sebanyak 3,9 persen tersebut memang masih jauh dibandingkan potensi riset yang dimiliki perguruan tinggi. "Yang sudah diidentifikasi berpotensi untuk didorong ke Industri memang 900-an. Yang sudah ada di TRL 9, memang baru 35. Namun ini adalah perkembangan yang cukup baik, mengingat pemerintah terus mengupayakan untuk hilirisasi hasil riset perguruan tinggi ke industri," ujarnya ketika ditemui seusai Uji Coba Garansindo Electric Scooter ITS (GESITS) di Gedung Kemenristek Dikti, Jakarta, Senin, 7 November 2016. Jumain menuturkan, selain Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) perguruan tinggi lainnya yang telah memiliki hasil riset di level TRL 9 ialah UGM, IPB, ITB, UI, UNAIR, hingga UNDIP. Ke-35 hasil riset tersebut juga berasal dari berbagai bidang berbeda mulai dari teknologi, kesehatan, hingga pertanian atau pangan. Meskipun telah layak produksi massal dan telah melalui proses uji coba prototype, dia menuturkan hasil-hasil riset tersebut masih membutuhkan banyak dukungan lainnya. Salah satunya, yakni dukungan regulasi yang berkesinambungan dari berbagai kementrian dan lembaga yang terkait. Seperti hasil riset yang dihasilkan ITS yakni motor listrik GESITS yang siap diproduksi massal, masih membutuhkan dukungan berbagai regulasi untuk menghadapi persaingan pasar. Seperti regulasi untuk standar nasional indonesia (SNI) terkait motor listrik dari Kementrian Perindustrian. Maupun regulasi kelayakan penggunaan motor listrik di lapangan, oleh Kementrian Perhubungan. GESITS merupakan produk motor kerjasama antara ITS, Garansindo, dan juga Kemenristek Dikti menjadi hasil riset perguruan tinggi pertama yang akan diproduksi masal. Masih akan menempuh uji coba kemampuan dan kehadalan teknologi sepanjang 1.200 kilometer dari Jakarta hingga Denpasar, namun Gesits telah dipesan sebanyak 20.000 unit. Rencananya, motor listrik tersebut akan mulai diproduksi masal pada pertengahan 2017 mendatang.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat