kievskiy.org

Dorong Film Agar mendidik, SMK Perfilman Tengah Dirintis

JAKARTA, (PR).- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menilai kesadaran masyarakat untuk membuat dan menonton film yang mendidik masih rendah. Hal itu tercermin dari minimnya jumlah film nasional yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak. Sebagai salah satu media komunikasi massa, film nasional saat ini lebih banyak berfungsi untuk menghibur ketimbang mendidik.

Padahal, ucap dia, film memiliki pengaruh cukup besar pada pertumbuhan mental dan pendidikan anak. Film juga efektif untuk menyampaikan pesan sosial, budaya, dan politik. “Jadi ke depannya, badan perfilman nasional harus ada pemisahan antara produksi film anak dan dewasa. Termasuk juga menentukan media apa (bioskop atau televisi) yang dipakai untuk menyampaikan pesannya,” ujar Muhadjir, saat membuka peringatan Hari Film Nasional 2017, di Jakarta, Senin 6 Maret 2017.

Ia menyatakan, untuk mendorong pembuatan film yang mendidik, pemerintah sedang merintis sekolah menengah kejuruan (SMK) di bidang perfilman. Kebijakan tersebut diiringi dengan naiknya anggaran untuk perfilman dari Rp 50 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 90 miliar. Muhadjir berharap, ke depannya, film dapat memberi kontribusi besar terhadap upaya pemerintah yang sedang mengimplementasikan program penguatan pendidikan karakter. 

"Kami yakin industri perfilman nasional bisa bangkit. Pemerintah juga ingin memastikan kebangkitan film nasional harus diiringi dengan tersedianya tenaga terampil yang menopang pertumbuhan industri perfilman yang mendidik," ujarnya.

Aktor senior Slamet Rahardjo sependapat dengan Muhadjir terkait sekolah perfilman. Ia berharap, rencana tersebut bukan sekadar wacana. Pasalnya, hingga saat ini, perhatian dan dukungan pemerintah dalam upaya membangkitkan perfilman nasional nyaris tidak ada. “Saat ini, sekolah film seperti warisan. Jika orang tuanya sutradara, anaknya juga bakal jadi sutradara. Padahal, bakat kita sangat banyak jika sekolah film itu ada,” katanya.

Slamet berharap, anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk perfilman harus bisa mengakomodasi sebagian besar masyarakat yang punya ketertarikan dalam dunia film. Dengan demikian, bakat-bakat yang terpendam akan tergali. “Apalagi pemerintahan Jokowi-JK menilai perfilman sebagai industri yang sangat bisa diandalkan untukmenopang ekonomi dan mengembangkan kebudayaan nasional,” ujarnya.

Keberagaman 
Ketua Panitia Hari Film Nasional 2017 Lasja F. Susatyo mengungkapkan, peringatan tahun ini mengusung tema merayakan keberagaman Indonesia. "Perayaan HFN 2017 diselenggarakan dengan dua momentum besar, yaitu rekor 36 juta lebih penonton film Indonesia pada 2016 dan pembebasan investasi asing di semua sektor perfilman. Dua hal itu akan membawa perfilman Indonesia memasuki babak baru," ucap Lasja.

Menurut dia, industry film nasional semakin bergairah dalam beberapa tahun ke belakang. Hal itu ditandai dengan investasi yang terus mengalir, ruang pemutaran yang semakin meluas ke seluruh Indonesia dan platform digital untuk pemutaran film pun beragam. 

"Melalui penayangan film kita akan mendapatkan kembali pemahaman yang lebih baik mengenai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia sebagai modal penting menangkal berbagai persoalan bersama, termasuk intoleransi, readikalisme, dan ancaman perpecahan," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat