kievskiy.org

Publikasi Internasional Peserta Program Beasiswa PMDSU Memuaskan

JAKARTA, (PR).- Produktivitas peserta program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dalam menghasilkan publikasi internasional dinilai memuaskan. Hal tersebut terlihat dari capaian 97 publikasi internasional yang dihasilkan oleh 57 peserta PMDSU batch pertama. Jumlah tersebut akan terus bertambah mengingat jurnal ilmiah dari sebanyak 296 perserta pada batch kedua belum dihitung.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknonogi dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti mengaku bangga dengan capaian tersebut. Menurut dia, produktivitas doktor lulusan PMDSU lebih produktif ketimbang doktor lulusan luar negeri, baik penerima beasiswa negeri atau pun swasta. “Tak kalah dengan lulusan kampus top dunia,” kata Ghufron di Kantor Kemenristekdikti Senayan, Jakarta, Senin, 4 Desember 2017.

Ia menjelaskan, program PMDSU bergulir sejak 2013 dan diikuti tak kurang dari 500 perserta. PMDSU digagas untuk membangkitkan semangat para dosen untuk menempuh studi doktoral di dalam negeri. Ghufron mengklaim, PMDSU merupakan terobosan untuk mencetak doktor muda yang unggul untuk mengisi sumber daya dosen dan peneliti Indonesia.

Kemenristekdikti mendata, pada batch pertama tahun 2013, PMDSU diikuti 57 peserta dan dibimbing 27 promotor yang tersebar di enam perguruan tinggi negeri (PTN) penyelenggara. Pada batch kedua tahun 2015 pesertanya menlonjak menjadi 296 penerima beasiswa. Sedangkan tahun ini, PMDSU batch ketiga telah menyaring 248 peserta beserta 162 promotor di 11 PTN penyelenggara. “Peserta kuliah S2 dan S3 selama 4 tahun, sehingga lebih cepat jadi doktor,” katany.

Tidak cukup akademik

Pada batch pertama, sebanyak 18 peserta mampu menyandang gelar doktor di bawah usia 30 tahun. Ghufron mengungkapkan bahwa selama studi peserta PMDSU diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan peneliti dunia, yakni melalui program peningkatan kualitas publikasi internasional (PKPI) selama tiga sampai enam bulan.

"Peserta PMDSU harus mampu menuntaskan studi S-2 dan S-3 dalam kurun waktu empat tahun. Mereka juga dituntut untuk menghasilkan dua publikasi internasional. Hasilnya, sejumlah peserta mampu melampauinya. Seperti Grandprix yang dinobatkan menjadi Doktor termuda di Indonesia pada usia 24 tahun mampu menghasilkan sembilan publikasi,” ujarnya

Ia menegaskan, biaya beasiswa yang digelontorkan untuk masing-masing peserta PMDSU berada pada kisaran Rp 300 juta sampai Rp 400 juta. Jumlah tersebut sepertiga dari dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai penerima beasiswa di luar negeri. “Dengan lebih murah tapi lebih produktif, saya kira PMDSU terbukti berhasil. Untuk membiayai studi pascasarjana di luar negeri setidaknya butuh sekira Rp1 miliar,” ucap Ghufron.

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki menambahkan, lulusan PMDSU tidak cukup hanya unggul dalam akademik, tetapi juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Menurut dia, komunikasi efektif sangat diperlukan agar sebuah ilmu tidak dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

“PMDSU merupakan program yang bagus dalam menciptakan keberlanjutan riset, termasuk regenerasi peneliti. Kendati demikian, mereka juga harus dibekali dengan soft skill sebagai kompetensi pendukungnya,” ucap Sangkot.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat