kievskiy.org

Revolusi Industri 4.0, Kemampuan Calistung Tidak Cukup

JAKARTA, (PR).- Kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) saja tidak cukup untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Para generasi muda, terutama yang duduk di perguruan tinggi harus memiliki kemampuan untuk menganalisa data yang tersaji di dunia digital, memahami sistem mekanika dan teknologi, serta mampu menjalin komunikasi yang baik dengan sesama manusia.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan, literasi lama yang sangat mengandalkan calistung sudah tidak relevan dengan laju perkembangan zaman terutama menghadapi revolusi 4.0. Sistem pendidikan di perguruan tinggi harus membangun literasi baru yang mengintegrasikan data teknologi dan informasi secara komprehensif. Dengan demikian, para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat memiliki pemikiran yang inovatif dan peduli dengan keadaan sosial di lingkungannya masing-masing.

“Keberhasilan Indonesia untuk menggiring SDM muda menghadapi revolusi industri 4.0, juga ditentukan oleh kualitas dari dosen, guru, maupun tenaga pendidik lainnya. Mereka harus menguasai kemampuan dalam kepemimpinan dan kerja sama tim, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global, serta mempunyai kemampuan untuk berwirausaha, termasuk penguasaan social entrepreneurship,” ucap Nasir dalam siaran pers yang diterima “PR” di Jakarta, Kamis 25 Januari 2018.

Nasir menyampaikan hal tersebut dalam forum ‘’The Education World Forum 2018: Global Summit for Education Minister”, yang diselenggarakan di London, Inggris, 22-24 Januari 2018. Forum bergengsi ini diselenggarakan oleh lima Kementerian Inggris (Department for Education, Foreign and Commonwealth Office, Department for International Development, Department for International Trade, British Council), bersama potensial mitra strategis dari berbagai institusi pendidikan tinggi dan kalangan pebisnis dari seluruh dunia. 

“Adopsi teknologi baru ke dalam revolusi industri 4.0 juga ditandai dengan kemampuan SDM Indonesia untuk melakukan berbagai terobosan inovasi. Meningkatkan kemampuan untuk menggunakan informasi dari internet dengan optimal, dan memperluas akses dan meningkat proteksi ‘Cyber Security’. Indonesia sudah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0,” ujar Nasir.

Bisnis online

Ia menjelaskan, kesiapan tersebut merujuk pada laporan awal dari The Preliminary 4IR Country Readiness Evaluation yang menyebut Indonesia sebagai kandidat potensial dan siap untuk menyambut revolusi industri 4.0. “Indonesia juga menduduki peringkat ke-36 dari 137 negara di dunia, merujuk dari laporan Global Competitiveness Index (GC). Angka ini melonjak 5 angka dari peringkat 41,” katanya.

Ia menuturkan, perkembangan revolusi industri 4.0 di Indonesia mulai terlihat dari semakin maraknya bisnis berbasis sistem ‘online’. Dengan demikian, calon pengusaha atau tenaga kerja Indonesia harus menguasai teknologi digital. “Hal ini perlu dimulai dari perbaikan dan atau reorientasi program pendidikan tinggi sehingga dapat menghasilkan sarjana yang berkualitas dan sesuai dengan dunia usaha dan industri,” katanya.

Secretary of State for Education UK Hon Damian Hinds MP menyatakan, semua negara harus mempersiapkan datangnya revolusi industri 4.0. “Generasi muda di seluruh dunia harus mampu untuk berpikir inovatif, berkompetensi dalam bidang keilmuan masing-masing, optimal dalam menjalani kehidupan dan terus menerus belajar,” katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat