JAKARTA, (PR).- Pada tahun ini, sebanyak 165.831 siswa diterima di 85 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur SBMPTN. Jumlah tersebut merupakan hasil seleksi dari 860.001 peserta pendaftar yang telah mengikuti ujian tertulis baik Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC), maupun Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dilaksanakan secara nasional pada 8 Mei 2018 dan ujian keterampilan pada 9 dan/atau 11 Mei 2018.
Ketua Panitia Pusat SNMPTN/SBMPTN 2018, Ravik Karsidi, menyatakan, Program Studi (Prodi) yang paling banyak diminati hampir sama dengan tahun sebelumnya. Untuk jurusan sains dan teknologi ditempati kedokteran, teknik informatika dan farmasi. Sedangkan untuk jurusan sosial humaniora masih ditempati manajemen, akuntansi dan ilmu komunikasi.
“Sementara untuk Prodi baru yaitu aktuaria dan ilmu komputer yang sesuai dengan tuntutan perkembangan terakhir atau era revolusi industri 4.0 menjadi Prodi paling banyak peminatnya. Untuk tahun depan, dua Prodi baru ini kemungkinan besar masih sangat dibutuhkan dan paling diminati," kata Ravik.
Jalur Seleksi Mandiri
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir megaskan, siswa yang tak masuk PTN melalui jalur SBMPTN jangan berkecil hati. "Bagi yang belum lulus, masih ada kesempatan lain melalui jalur Seleksi Mandiri. Selain itu juga ada kesempatan mendaftar di perguruan tinggi swasta yang saat ini kualitasnya semakin baik. Pilih perguruan tinggi yang tercatat di laman Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Tolong dicek apa perguruan tinggi itu aktif atau tidak. Semoga yang aktif jadi pilihan anak Indonesia," tutur Nasir.
Panitia menetapkan, 45 orang (16,9%) peserta diterima dari sebanyak 267 pendaftar merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus. Perinciannya, penyandang tunanetra 16 orang, tunarungu 10 orang, Tunadaksa 13 orang, dan 6 orang lainnya berkebutuhan khusus lebih dari satu jenis.
Berbasis aplikasi
Pemerintah akan menerapkan tes berbasis aplikasi telepon pintar untuk ujian SNMPTN/SBMPTN tahun depan. Panitia pusat mulai membenahi sistem keamanan dan format soal khusus aplikasi tersebut. Tes berbasis aplikasi sudah diterapkan oleh panitia lokal Bandung dengan menjaring 1.000 peserta.
Sekretaris Panita Pusat SNMPTN/SBMPTN 2018, Joni Permana, mengatakan tahun ini, tes berbasis aplikasi hanya bisa dengan telepon yang menggunakan Android. Menurut dia, pada tahun depan, diusahakan untuk semua aplikasi, termasuk IoS. Ia mengklaim, tes berbasis aplikasi memiliki akurasi tinggi.
“Tetapi masih rawan diretas karena pengguanaannya harus memakai wifi. Untuk jenis soal juga, tahun ini, soal untuk ujian tes berbasis cetak dikonversi ke basis aplikasi. Makanya, saat ada soal bergambar, masih kurang bagus. Tapi secara keseluruhan, tes berbasis aplikasi ini untuk tahun depan jumlahnya akan ditingkatkan,” kata Joni dalam pengumuman SBMPTN 2018, di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Selasa 3 Juli 2018
Joni menerangkan, hasil evaluasi pada penggunaan Android relatif tak membuat peserta kesulitan. Menurut dia, diperlukan sistem pengamanan khusus agar tes berbasis aplikasi ini bisa berjalan lebih baik dan tak bisa diretas. "Cukup baik artinya proses pengerjaan sesuai yang diharapkan. Namun masih perlu dilakukan perbaikan," terang Joni.***