kievskiy.org

Terjunkan Tim ke Lombok, ITB Pantau Gempa dengan 13 Seismometer

Sejumlah burung merpati terbang di atas rumah yang runtuh akibat gempa bumi di Desa Telagawareng, Pemenang, Lombok Barat, NTB, Rabu, 8 Agustus 2018.
Sejumlah burung merpati terbang di atas rumah yang runtuh akibat gempa bumi di Desa Telagawareng, Pemenang, Lombok Barat, NTB, Rabu, 8 Agustus 2018.

BANDUNG, (PR).- Institut Teknologi Bandung (ITB) memasang 13 seismometer di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Melalui seismometer itu, ITB akan memantau gempa di NTB sampai satu bulan ke depan.

Sehari setelah gempa Lombok yang pertama pada 29 Juli 2018, Ketua Kelompok Keahlian (KK) Geofisika Global Nanang T. Puspito membentuk tim untuk melakukan pemasangan seismometer di sana. Tim itu dikoordinir oleh Andri Dian Nugraha dan beranggotakan Zulfakriza  sebagai koordinator lapangan serta Yayan M. Husni, Pepen Supendi, dan  Muzli (BMKG). Tim tiba di Lombok pada tanggal 1 Agustus 2018 dan masih berada di lokasi saat terjadi gempa 5 Agustus 2018.

Nanang menjelaskan, pemasangan seismometer tersebut bertujuan untuk memantau gempa susulan setelah gempa magnitudo 6.4 yang terjadi di Lombok bagian utara. "Sampai dengan kemarin (Selasa, 7 Agustus 2018), sudah 13 seismometer yang terpasang," ujar Nanang melalui siaran pers, Rabu, 8 Agustus 2018.

Dari jumlah itu, 7 seismometer merupakan hasil kerjasama ITB dan Earth Observatorium of Singapore (EOS). Pemasangan seismometer ini tersebar di Kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur dan Lombok Utara.

Nanang mengatakan, monitoring gempa susulan akan dilakukan selama satu bulan. Harapannya, seismometer yang terpasang dapat merekam gempa-gempa susulan untuk kepentingan analisis potensi gempa ke depan. 

Rekaman gempa susulan termasuk gempa pada 5 Agustus 2018 yang diperkirakan sebagai gempa utama dapat menjadi pemahaman baru terkait sumber dan mekanisme kejadian gempa Lombok.

Selain melakukan pemasangan seismometer, tim juga melakukan koordinasi dengan BMKG Mataram dan BPBD Lombok Utara dan Pos Pengamatan Gunung Rinjani. Beberapa dosen dari Kelompok Keahlian Geodesi telah berada di Pos Rinjani untuk melakukan mitigasi dan observasi bencana.

Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi ITB Miming Miharja mengatakan, ITB membentuk Tim Satgas untuk bencana Lombok yang tugasnya  menyusun rencana dan aksi bantuan untuk bencana alam Lombok. Dalam jangka pendek tim satgas ITB akan mengirimkan tim untuk melakukan penilaian kelayakan bangunan publik, membantu dalam pengiriman bantuan pokok makanan, obat-obatan, selimut dan lain-lain bekerjasama dengan Ikatan Alumni ITB. 

Selanjutnya tim akan melaksanakan program penyediaan fasilitas air minum. Selain itu tim akan mempelajari potensi bencana ke depan, serta menganalisa gempa susulan dan longsoran.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat