kievskiy.org

Jurnalisme di Ruang Maya Mempersyaratkan Etika Digital

PEMIMPIN Redaksi Pikiran Rakyat Online Erwin Kustiman (berdiri, kelima dari kanan) berfoto bersama mahasiswa semester VI Peminatan Jurnalistik Prodi Ilmu Komunikasi di Redaksi PR Online Kompleks Kopo Plaza Jalan Peta Kota Bandung, Selasa 26 Maret 2019.*
PEMIMPIN Redaksi Pikiran Rakyat Online Erwin Kustiman (berdiri, kelima dari kanan) berfoto bersama mahasiswa semester VI Peminatan Jurnalistik Prodi Ilmu Komunikasi di Redaksi PR Online Kompleks Kopo Plaza Jalan Peta Kota Bandung, Selasa 26 Maret 2019.*

BANDUNG, (PR).- Sebanyak 14 mahasiswa semester VI dari Peminatan Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (FPIPS UPI) melakukan kunjungan dan studi lapangan ke Redaksi Pikiran Rakyat Online di Kompleks Ruko Kopo Plaza Jalan Peta Kota Bandung, Selasa 26 Maret 2019. Rombongan yang dipimpin dosen pengampu mata kuliah jurnalistik Heni Zainudin tersebut ingin mengetahui bagaimana proses kerja di dalam newsroom serta mengkaji kerjasama yang bisa dijalin.

Rombongan diterima oleh Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat Online Erwin Kustiman. Dalam pemaparannya, Erwin Kustiman mengungkapkan bahwa pada akhirnya masa depan pers dan atau jurnalisme di Indonesia akan semakin bertumpu pada platform digital. “Perkembangan jurnalisme online kita sedang dan akan menentukan masa depan jurnalisme negeri ini. Oleh karena itulah, laiknya jurnalisme konvensional, jurnalisme online mesti kita tumbuhkan sebagai ‘jurnalisme serius’ dan bukan sekadar ‘jurnalisme asal cepat’ atau ‘jurnalisme sprint’ yang mengabaikan aspek dan prinsip-prinsip etika di dalamnya,” ungkap Erwin Kustiman.

Mengutip pendapat Stephen Ward, guru besar etika media dari Sekolah Komunikasi dan Jurnalisme Universitas Oregon, berkembangnya bentuk produksi dan penyampaian berita melalui medium internet memicu apa yang disebut dengan Revolusi Etika Media.  Hal ini mengacu pada  sebuah proses yang kian berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi.

“Bayangkan, kini kian banyak orang mengkonsumsi berita dan informasi dari telefonseluler pintar ketimbang membaca koran dan majalah. Orang menonton berita televisi bahkan film terbaru melalui tablet. Jurnalisme kini bersifat interaktif dan segera,” kata Erwin.

 Keputusan bagaimana, kapan dan dengan cara apa berita dipublikasikan kini ada di tangan warga, bukan pengelola media. Jurnalis berkompetisi dengan pengguna Twitter, Blogger, pewarta warga dan media sosial lainnya.

Namun kemudian er digital memunculkan pertanyaan mengenai etika. Apakah etika yang dianut media selama ini masih relevan? “Nilai dasar etika jurnalistik dibangun abad lalu, dan didesain bagi sebuah penerbitan koran yang dijual komersial ke publik. Bagaimana dengan mereka yang menyajikan berita secara gratis melalui portal, blog maupun media sosial lainnya? Apakah mereka terikat dengan etika jurnalistik? Hal-hal demikian menjadi pertanyaan-pertanyaan yang harus dapat dijawab,” ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat