JAKARTA, (PR).- Pengembangan riset dan inovasi tidak selalu berorientasi pada kebutuhan industri besar. Inovasi teknologi juga harus bisa diterapkan dan diproduksi oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Dengan demikian, kondisi perekonomian nasional akan terus tumbuh.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, riset dan inovasi tidak harus selalu berbiaya mahal. Menurut dia, yang terpenting adalah tepat guna dan tepat sasaran. Pasalnya, inovasi yang canggih akan menjadi tidak berguna jika tidak mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Saya meyakini inovasi-inovasi di Indonesia akan mendunia. Yang perlu diketahui juga adalah bahwa inovasi tidak melulu soal teknologi yang canggih tetapi juga teknologi tepat guna yang bisa diproduksi oleh UKM. Untuk itu perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dalam rangka menghadapi tantangan ke depan,” kata Bambang di Kantor Kemenristek/BRIN, Jakarta, Kamis, 14 November 2019.
Bambang mengatakan, sebuah inovasi dapat muncul dari hal yang sederhana namun tepat guna. Pelaku riset dan inovasi pun tidak harus berasal dari kalangan peneliti dan akademisi. “Masyarakat biasa juga dapat terlibat untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan penemuan solutif,” katanya.
Menurut dia, seperti yang terjadi di negara maju, relevansi riset dan inovasi menjadi faktor utama yang menggerakkan perekonomian. Negara-negara Nordik seperti Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia dan Swedia merupakan contoh negara yang sukses memanfaatkan inovasi yang berguna bagi masyarakat.
Ia mengungkapkan, Indonesia sedang belajar dari negara-negara tersebut. Pemerintah pada tahun depan menginvestasikan dana hingga Rp 37 triliun yang tersebar lembaga penelitian dan pengembangan di berbagai kementerian/lembaga terkait. “Investasi yang sangat besar pada riset dan inovasi menjadikan mereka negara inovatif,” ujarnya.
Ia meyakini, di era Revolusi Industri 4.0, setiap negara berlomba-lomba meningkatkan kualitas riset dan inovasinya. Hanya riset dan inovasi yang menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian dan menyejahterakan rakyat.
Guru besar bidang inovasi dari Finlandia Alf Rehn menambahkan, sebuah inovasi menjadi berhasil jika bermanfaat bagi masyarakat luas. Bukan sekadar untuk kebutuhan pengakuan secara akademis. Menurut dia, perjanalan inovasi di sebuah negara maju sangat panjang dan membutuhkan konsistensi dari pemerintah dalam meningkatkan mutu sumber daya manusianya.
“Dalam perjalanan inovasi di negara-negara Nordik, prinsip pendekatan triple helix tak hanya membantu mereka berinovasi lebih banyak, namun juga membantu mereka untuk berinovasi lebih baik,” kata Alf dalam seminar “Innovation Driving Sustainable Business–Bridging the Innovation Gap between the Nordics and Indonesia.