kievskiy.org

Tugas Menumpuk Dinilai Tidak Efektif saat Belajar di Rumah, FAGI Jabar Beri Usulan

Ilustrasi buku.*
Ilustrasi buku.* /Pixabay Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) wilayah Jawa Barat Iwan Hermawan mengusulkan, agar tugas siswa saat belajar di rumah menitikberatkan pada literasi sehingga hasilnya dalam bentuk resensi buku.

Cara itu lebih menyenangkan bagi siswa dan dapat menghidari siswa dari stress karena tugas yang menumpuk.

"Cukup satu minggu satu buku. Nanti mata pelajaran lain bergantian (pada minggu berikutnya)," ucap Iwan kepada "PR", Minggu 22 Maret 2020.

Baca Juga: Pasien Positif Corona Pertama di Cimahi Hanya Menjalani Isolasi Mandiri di Rumah, Dinkes Beberkan Alasannya

Iwan menilai, kakunya sistem belajar di rumah sepekan ini karena dipicu rantai perintah laporan dari Dinas Pendidikan kepada kepala sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah memerintahkan guru untuk memberi tugas-tugas kepada siswa.

Salah satu orang tua siswa Agustin (35) menuturkan, sepekan terakhir ini, tugasnya di rumah menjadi bertambah. Sebagai pekerja, dia harus mengerjakan tugas kantornya di rumah. Di sisi lain, dia pun harus membimbing anak-anak belajar.

Saat dia kebagian bekerja di kantor, tugasnya membimbing anak-anak belajar baru dilakukan malam hari sehingga tenaga yang dikeluarkan pun ekstra. Menurut Agustin, membimbing anak-anak belajar di rumah mempunyai tantangan besar karena anak-anak cenderung lebih menuruti kata-kata guru dibandingkan orangtua.

Baca Juga: Penumpang Turun Drastis karena Wabah Corona, Angkutan Umum yang Beroperasi pun Dikurangi

Ketua Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Kota Bandung Dwi Subawanto mengusulkan adanya evaluasi pembelajaran di rumah yang berjalan sepekan ini, baik dari segi metode maupun konten tugas yang diberikan guru.

Sejauh ini, betuk tugas yang diberikan guru berupa soal-soal mata pelajaran sehingga membuat anak tidak menikmati proses belajar di rumah. Pada akhirnya, orang tua yang mengambil alih mengerjakan soal-soal tersebut dan membuat tugas orang tua bertambah.

Di sekolah, anak-anak memang mengerjakan soal-soal mata pelajaran juga. Namun, saat belajar di sekolah, terjadi interaksi dengan teman sehingga proses belajar tidak membosankan. Selain itu, anak pun bisa bertanya kepada guru ketika tidak mengerti suatu pelajaran.

Baca Juga: Siapkan 400 Tempat Tidur di Pulau Galang yang Jadi RS Darurat COVID-19, Menteri PUPR Basuki: Mudah-mudahan Tidak Bertambah, Jika Perlu Sampai 1.000

"Kalau sekarang, bebannya hanya kepada orang tua kalau ada soal yang tidak dimengerti. Dengan demikian, orang tua jadi lembur," kata Dwi.

Dwi menilai, seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah siap dengan modul sistem belajar di rumah yang efektif dalam kondisi tidak normal seperti saat ini. Namun, ternyata Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak siap dalam hal itu.

Oleh karena itu, sistem belajar di rumah perlu dievaluasi agar tidak menjadi beban bagi siswa dan orangtua. Jangan sampai, sistem brlajar di rumah diperpanjang tanpa ada avaluasi.

Baca Juga: 5 Makanan Paling Antiradang yang Mudah Anda Dapatkan

Dwi mengusulkan mengganti metode belajar di rumah, dari semula dengan mengerjakan soal-soal menjadi membaca buku terkait mata pelajaran.

Namun, buku yang dibaca tidak perlu berasal dari semua mata pelajar. Cukup buku mata pelajaran tertentu, misalnya mata pelajaran yang masuk dalam Ujian Nasional.

Di sisi lain, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan orangtua saat anak belajar di rumah, seperti untuk membeli kuota internet. Para orangtua di desa yang memiliki sarana prasarana belajar terbatas, seperti komputer, juga perlu diperhatikan. Kondisi itu berbeda dengan orangtua di perkotaan yang cenderung bisa menyediakan sarana prasana belajar yang lengkap untuk anaknya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat