kievskiy.org

Jejak Sang Ajudan: Peran Pierre Tendean dalam Peristiwa Gerakan 30 September 1965

Potret Pierre Andries Tendean.
Potret Pierre Andries Tendean. /Wikipedia Wikipedia

PIKIRAN RAKYAT – Gerakan 30 September yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah satu halaman kelam dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia, yang saat itu baru genap 20 tahun.

Sebuah pertumpahan darah yang dilakukan anak-anak bangsa itu akhirnya menyebabkan tragedi sadis yang menewaskan enam orang jenderal dan satu orang ajudan bernama Pierre Andries Tendean atau kerap disapa Pierre.

Jauh sebelum peristiwa itu, tak banyak orang mengenal sosok Pierre. Laki-laki berdarah campuran Minahasa-Prancis ini adalah seorang Perwira Pertama Corp Zeni TNI Angkatan Darat.

Dilansir dari buku Pierre Tendean karya Masykuri tahun 1983, Pierre juga merupakan putra laki-laki satu-satunya dari keluarga Dr. A. L. Tendean, seorang dokter Jiwa asal Minahasa.

Baca Juga: Siapa Selingkuhan Rizky Billar? Artis Atau Orang Biasa...

Semasa kecil Pierre terkenal sebagai sosok rendah hati, suka bergaul, dan senang menolong. Karena itu, saat duduk di bangku sekolah hingga menjadi Taruna Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), ia mempunyai banyak teman dan disenangi para guru.

Tak lama kemudian, Pierre berkesempatan melakukan dinas militer setelah berhasil menamatkan pendidikannya di ATEKAD pada 1962.

Meski hanya Perwira Pertama, namun Pierre pernah menjalankan tugas berat, yaitu tiga kali memimpin gerilyawan menyusup ke daerah musuh dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia.

Atas prestasinya inilah, pada tanggal 15 April 1965, Letda Pierre Tendean kemudian diangkat menjadi Ajudan Menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution dengan pangkat Letnan Satu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat