PIKIRAN RAKYAT - Siap siaga bencana gempa harus menjadi pengetahuan setiap siswa, guru, dan seluruh warga di lingkungan sekolah. Peristiwa gempa Cianjur pada 21 November 2022 yang diikuti gempa-gempa susulan, terjadi ketika kegiatan di beberapa sekolah masih berlangsung, sementara warga sekolah tidak siap sehingga menimbulkan banyak korban.
Berdasarkan data Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), ada 880 satuan pendidikan yang terdampak bencana gempa Cianjur. Dampaknya, ada 1.716 siswa dan 566 guru yang luka-luka, serta ada 45 siswa dan 11 guru meninggal dunia.
Akibat dampak yang besar itulah, pendidikan siap siaga bencana pun diberikan untuk warga sekolah di Cianjur. Salah satunya dilakukan Save the Children Indonesia bersama LPBI NU Jawa Barat untuk memperkuat SPAB itu.
"Kami melihat urgensi kesiapsiagaan bencana di sekolah dan mendukung Disdikpora Cianjur dalam pelatihan SPAB supaya seluruh warga sekolah memahami cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana,” kata Troy Pantouw, Chief of Advocacy, Campaign, Communication, Media - Save the Children Indonesia, pada peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana, 26 April 2023.
Baca Juga: BPBD Sebut Belum Ada Laporan Korban Jiwa Akibat Gempa Bumi M 6,9 Mentawai
Menurut dia, saat gempa Cianjur terjadi, proses belajar mengajar masih berlangsung di beberapa sekolah, tapi banyak warga sekolah yang tidak mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana. Walhasil, banyak anak dan guru yang terluka, bahkan meninggal karena gempa.
Kerja sama yang dilakukan itu untuk menyelenggarakan Pelatihan Pendidikan di Situasi Darurat, Pelatihan Fasilitator Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial, serta Pelatihan Sekolah Aman untuk penguatan SPAB. Itu dilakukan kepada 25 sekolah di Kabupaten Cianjur, di mana 4 SD dan 6 SMP di antaranya masih belajar di bawah tenda.
Pelatihan itu diselenggarakan untuk para kepala sekolah, komite sekolah, dan guru-guru yang didorong agar siap siaga apabila terjadi bencana. Selanjutnya, ada 25 sekolah yang mendapat pelatihan melakukan pengimbasan kepada warga sekolah secara menyeluruh, khususnya anak-anak.
Menurut Troy, Save the Children juga mendampingi 25 sekolah dalam menyusun dokumen Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah yang berisi sejarah bencana, tim siaga bencana, peta jalur evakuasi, sampai perencanaan skenario simulasi bencana. Setelah dokumen selesai disusun, sekolah wajib melakukan simulasi bersama seluruh warga sekolah agar semua warga punya kapasitas siap siaga bencana.
Baca Juga: BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Sumut Akibat Gempa Magnitudo 7,3 Mentawai