kievskiy.org

Sosok Djanur dan Dejan di Mata Pelatih Baru Herrie Setyawan

PEPATAH mengatakan bahwa kehidupan itu bagai bola bulat yang terus menggelinding. Sisi terbaiknya tak selalu berada di atas, ada kalanya berada di bawah saat bola itu bergulir. Seperti itu pulalah nasib seseorang atau kelompok orang. Tidak terkecuali sebuah tim sepakbola. Sebesar apapun sebuah tim, tak selamanya mereka akan memenangkan pertandingan yang dilakoni. Sesekali menelan kekalahan tipis atau bahkan telak sekalipun adalah wajar. Bagi Persib Bandung, laga kandang kontra Bhayangkara Surabaya United (BSU) Sabtu, 11 Juni 2016 boleh jadi merupakan titik nadir di awal Indonesia Soccer Championship 2016. Kehilangan sejumlah pemain kunci, membawa Maung Bandung pada kekalahan menyakitkan 1-4 yang juga berujung pada mundurnya pelatih Dejan Antonic akibat desakan bobotoh. Kini, beban besar ditanggung sang caretaker Herrie Setyawan dalam mempersiapkan Atep dkk untuk menjamu Mitra Kukar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu, 18 Juni 2016. Betapa tidak, tiga poin merupakan target yang diharapkan bobotoh di rumah mereka sendiri. Meskipun demikian, Herrie mengaku dirinya tak menganggap semua sebagai beban. Tekanan yang ada justru dijadikan motivasi bagi pelatih berlisensi B AFC itu untuk membawa Persib menjadi lebih baik lagi. Terlebih, Herrie tak pernah merasa sendiri. Ia masih punya Asep Soemantri, Yaya Sunarya dan Anwar Sanusi di jajaran asisten pelatih. Selain itu, pemain dan manajemen juga dianggap Herrie sebagai teman diskusi yang tak kalah penting. Sejak ditunjuk menjadi caretaker, langkah pertama yang ingin Herrie lakukan memang menguatkan kembali jalinan komunikasi. Tak hanya dengan asisten pelatih, namun dengan manajeman dan pemain. Hal itu pulalah yang terlihat diterapkan Herrie dalam kali pertamanya ia melatih sebagai caretaker di Lapangan Progresif, Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung, Selasa, 14 Juni 2016 sore. Meski serius menjalankan latihan, pria yang akrab disapa Jose itu mampu mencairkan suasana dengan candaan khasnya. Suasana itu berbeda dengan latihan terakhir di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jumat, 10 Juni 2016 malam. Apalagi jika dibandingkan dengan suasana seusai laga kontra BSU di mana semua anggota tim tampak diam seribu bahasa dengan raut wajah tak bersahabat. Menurut Herrie, hal itu merupakan gaya kepelatihan yang pernah ia terapkan bersama Djadjang Nurjaman. Kekompakan dan kebersamaan menjadi titik berat yang ingin dicapai dalam setiap sesi latihan. Terlebih saat ini pemulihan mental merupakan hal krusial pascakekalahan dan tekanan bertubi di tubuh Persib beberapa pekan terkahir. Selain itu, kekompakan dan 'reaksi kimia' di lapangan memang menjadi modal utama strategi dan pola permainan yang akan diterapkan Herrie nantinya. Tanpa menyebutkan secara rinci, Herrie sejak awal mengaku tidak bermasalah dengan strategi dan pola latihan yang akan dijalankan. "Saya akan mengadopsi sistem yang diterapkan Pak Djadjang dulu," katanya. Hal itu, kata Herrie, bukan karena sistem yang diterapkan Dejan tidak bagus. Namun lebih disebabkan faktor kebersamaan Herrie yang lebih lama dengan Djadjang ketimbang dengan Dejan. Di mata Herrie, sistem dan staregi yang diterapkan Dejan sebenarnya sangat bagus. Namun Persib belum beruntung, sehingga efektifitas sistem tersebut belum membuahkan hasil positif sejauh ini. Sementara sistem Djadjang dilansir Herrie sudah pernah memberikan hasil yang baik. "Selain itu saya juga lebih mengenal sistem Pak Djadjang karena sudah lama mendampinginya di Persib," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat