kievskiy.org

Mobil dan Motor Listrik Munculkan Masalah Lingkungan dan Tsunami Baterai

Ilustrasi kendaraan listrik.
Ilustrasi kendaraan listrik. /Pexels/Rathaphon Nanthapreecha

PIKIRAN RAKYAT - Kendaraan listrik tidak menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon kalau dua masalah penting pada dampak lingkungan tidak ditangani sejak awal. Keduanya adalah masalah sumber listrik dan limbah baterai.

Kendaraan listrik memang tidak akan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga memberikan dampak besar untuk pengurangan emisi karbon saat ekosistem kendaraan listrik sudah semakin bertumbuh. Akan tetapi, energi listrik yang dibutuhkan baterai kendaraan listrik tersebut masih lebih banyak didapatkan dari pembakaran batubara melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Data di situs milik BPS menyebutkan jenis pembangkit listrik yang terpasang. Data tahun 2021 itu memperlihatkan bahwa jenis pembangkit listrik yang paling banyak memasok adalah PLTU. 

Dari kapasitas 66.514MW secara keseluruhan, sebanyak 33.092MW berasal dari PLTU. Jumlah itu setara dengan hampir 50% listrik berasal dari pembakaran fosil di PLTU.

Baca Juga: Ferdy Sambo Tak Hadir Sebagai Saksi di Sidang Kode Etik Bharada E

Selain PLTU yang masih menguasai sumber energi listrik, baterai juga masalah lain yang memberikan dampak pada lingkungan. Baterai merupakan limbah berbahaya yang merusak lingkungan bila dibuang begitu saja.

Menurut Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Meiki W Paendong, mereka setuju dengan upaya pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik menggunakan kendaraan BBM. Namun, masalah baterai dan PLTU harus diselesaikan lebih dulu.

Ia mengatakan, secara umum, semua limbah baterai masuk kategori Bahan Beracun Berbahaya (B3) karena mengandung logam berat. Bila tidak dikelola dengan baik, maka akan mencemari media lingkungan seperti tanah, air, dan udara.

Baca Juga: Hasil Sidang Etik, Bharada E Masih Dapat Bertahan di Mabes Polri

"Jenis baterai sekali pakai menurut saya masuk kategori yang lebih mencemari karena penggunaannya yang sangat umum, dan publik masih membuangnya layaknya sampah biasa," kata Meiki di Bandung, Rabu, 22 Februari 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat