PIKIRAN RAKYAT - Baru-baru ini, kelompok hacker bernama Brain Cipher berhasil melumpuhkan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.
Serangan ini mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai siapa Brain Cipher dan apa yang mereka inginkan. Berikut ini adalah fakta-fakta menarik tentang Brain Cipher dan serangan mereka.
1. Serangan yang Menghebohkan
Pada 20 Juni 2024, Brain Cipher berhasil melumpuhkan PDNS 2 dengan menggunakan ransomware. Serangan ini menyebabkan data dari 282 institusi pusat dan daerah terkunci, mengganggu layanan penting seperti e-KTP, SIKDIS, dan SIM Nasional.
2. Modus Operandi
Brain Cipher menggunakan metode brain chiper ransomware untuk menyerang. Mereka memanfaatkan kerentanan di Windows Defender, yang memungkinkan mereka mengakses dan mengenkripsi data di PDNS 2.
3. Permintaan Tebusan
Awalnya, Brain Cipher meminta tebusan sebesar US$8 juta atau sekitar Rp131,8 miliar. Namun, mereka kemudian mengumumkan akan memberikan kunci dekripsi secara gratis, yang mereka klaim sebagai tindakan untuk menunjukkan pentingnya peningkatan keamanan siber.
4. Pengakuan
Pengakuan Brain Cipher terungkap melalui unggahan di forum gelap yang dipublikasikan kembali oleh perusahaan intelijen siber asal Singapura, StealthMole. Dalam unggahan tersebut, Brain Cipher mengklaim akan merilis kunci dekripsi pada hari Rabu.
5. Motif Unik
Brain Cipher mengklaim bahwa serangan mereka bukan untuk mencari keuntungan finansial semata. Mereka menyatakan bahwa serangan ini adalah bentuk uji penetrasi untuk menunjukkan kelemahan sistem keamanan PDNS dan mendorong pemerintah untuk meningkatkannya.
6. Rekam Jejak yang Minim
Brain Cipher merupakan kelompok ransomware baru yang mulai beroperasi pada awal Juni 2024. Mereka menggunakan pembuat LockBit 3.0 untuk meluncurkan operasi ransomware mereka sendiri. Nama Brain Cipher belum dikenal luas dalam dunia peretasan, dan ini merupakan salah satu serangan besar pertama mereka.
7. Respon Pemerintah
Hingga saat ini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) belum memberikan konfirmasi resmi terkait tawaran Brain Cipher atau perkembangan analisis forensik pasca-insiden. Menkominfo Budi Arie Setiadi mengungkapkan bahwa pelaku peretasan adalah aktor non-negara, namun belum memberikan rincian lebih lanjut.