/photo/2021/01/13/2688776706.jpg)
PIKIRAN RAKYAT - Pembukaan tol Cikampek, Purwakarta, Padalarang (Cipularang) pada 2005 lalu memukul telak para pelaku usaha peuyeum di sepanjang ruas jalan di Cikalongwetan dan Cipatat.
Banyak kios-kios makanan tradisional tersebut tutup karena pembeli tak lagi singgah akibat adanya jalan bebas hambatan tersebut. Hantaman kembali dirasakan saat pandemi Covid-19 tiba, omzet penjualan peuyeum yang minim tambah mengempis.
Namun, sentra produksi peuyeum di Kampung Cipicung, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat masih mencoba bertahan. Pikiran Rakyat menelusurinya.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Dijadwalkan Dimulai Hari Ini, Akademisi Taruh Harapan Besar
Asap masih mengepul dari langseng besar milik Sahim Mulyana saat ditemui di lokasi pembuatan peuyeum yang berada di sisi rumahnya, Kampung Cipicung, Minggu, 3 Januari 2021.
Pria 54 tahun tersebut sudah puluhan tahun berprofesi sebagai pembuat makanan khas Bandung itu di Cipicung.
Ia tak sendirian, mayoritas warga kampung itu memang berprofesi sebagai pembuat pembuat peuyeum dan petani. Sahim mengungkapkan, keterampilan membuat makanan berbahan singkong diturunkan dari orang-orang tua mereka dahulu.
Baca Juga: Burnley vs Man Utd: Paul Pogba Bocorkan Tips Hadapi Kesulitan
Awalnya, keterampilan tersebut berasal dari para pendatang yang berasal dari Cimenyan, Kabupaten Bandung. Cimenyan kesohor sebagai tempat awal mula lahirnya tape singkong itu.
Pendatang akhirnya menetap di Cipicung karena lokasinya banyak ditumbuhi singkong sebagai bahan baku pembuatan.