kievskiy.org

Hi dan Ho, Kisah Gagalnya Perhitungan Gerhana Matahari

PENELITI dari Observatoriun Bosscha Evan Irawan Akbar memeriksa kesiapan teleskop yang akan digunakan untuk mengamati gerhana matahari total di Lembang, Selasa, 8 Maret 2016.*
PENELITI dari Observatoriun Bosscha Evan Irawan Akbar memeriksa kesiapan teleskop yang akan digunakan untuk mengamati gerhana matahari total di Lembang, Selasa, 8 Maret 2016.*

NGAMPRAH, (PRLM).- Pengamatan gerhana matahari dan berbagai fenomena astronomi lainnya sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Hal itu diketahui berdasarkan cerita Hi dan Ho yang merupakan ahli astronomi dari daratan Tiongkok.

Peneliti dari Observatorium Bosscha, Evan Irawan Akbar menceritakan, Hi dan Ho disebutkan gagal memprediksi gerhana matahari pada 2137 SM. Kegagalannya memprediksi gerhana itu akibat keduanya terkena pengaruh alkohol. "Akibatnya, keduanya dihukum oleh sang kaisar. Hukuman mati, dengan cara dipenggal," ujar Evan di Lembang, Selasa 8 Maret 2016.

Prediksi gerhana matahari sedemikian penting lantaran pada masa itu peristiwa tersebut diyakini akan menimbulkan marabahaya jika tidak dilakukan ritual khusus. Dipercayai bahwa gerhana matahari terjadi akibat naga raksasa yang memakan matahari. Dengan demikian, sang kaisar selalu memerintahkan para prajuritnya untuk melontarkan anak panah ke langit guna mengusir sang naga.

Lalu, bagaimana cara Hi dan Ho memprediksi gerhana matahari jauh sebelum manusia mengenal teknologi seperti sekarang? Menurut Evan, Hi dan Ho dan juga para ahli astronomi zaman dulu memprediksi gerhana dengan membuat tabel secara manual. Mereka mencatat posisi bintang-bintang dan mencatat segala fenomena alam yang terjadi seiring dengan perubahan posisi bintang-bintang tersebut. "Bahkan, mereka sudah memberi nama sendiri bintang-bintang itu untuk ditulis pada tabel astronomi mereka. Bisa dibayangkan, betapa banyaknya catatan manusia zaman dulu untuk menghitung prediksi fenomena alam ini," katanya.

Dengan membuat tabel astronomi tersebut, lanjut Evan, mereka sudah bisa memprediksi gerhana dan fenomena alam lainnya dengan tepat. Hanya, prediksinya baru sebatas hitungan hari, tidak detail hingga ke jam. Hingga kini, menurut Evan, catatan-catatan astronomi dari zaman dulu itu sudah didokumentasikan. Hampir semua negara memiliki salinan dokumen tersebut. "Termasuk juga Indonesia memiliki catatan-catatan astronomi tersebut," tuturnya.

Dokumen astronomi tersebut, kata Evan, menjadi acuan untuk melengkapi penghitungan prediksi gerhana matahari dan peristiwa astronomi lainnya hingga hari ini. Didukung dengan teknologi mutakhir, prediksi fenomena alam pun memiliki tingkat akurasi yang tinggi, mulai dari waktu kejadian, posisi benda langit, hingga di wilayah mana saja fenomena itu bisa disaksikan. "Itulah sebabnya kenapa prediksi gerhana matahari dan fenomena alam lainnya sekarang sudah bisa dilakukan bahkan hingga hitungan detik. Dan, prediksinya selalu sesuai dengan kejadiannya," ujar Evan. (Cecep Wijaya/A-170)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat