kievskiy.org

Peringati Hari Air, Mapala se-Bandung Lakukan Aksi Bersih Sungai

Mapala Se-Bandung melakukan aksi bersih-bersih sungai di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Rabu, 22 Maret 2017. Gerakan ini dilakukan dalam rangka memeringati Hari Air Sedunia yang dirayakan tiap 22 Maret.*
Mapala Se-Bandung melakukan aksi bersih-bersih sungai di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Rabu, 22 Maret 2017. Gerakan ini dilakukan dalam rangka memeringati Hari Air Sedunia yang dirayakan tiap 22 Maret.*

SUMEDANG (PR).- Puluhan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Keluarga Besar Pencinta Alam Bandung Raya (FK-KBPA-BR) melakukan operasi bersih aliran sungai di sekitaran Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Rabu, 22 Maret 2017. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang diperingati tiap 22 Maret. Operasi bersih sungai tersebut merupakan bagian dari Gerakan Pencinta Alam untuk Negeri. Menurut Ine Atmosfer, ketua pelaksana acara, aksi bersih-bersih sungai tersebut merupakan bentuk kontribusi dari pencinta alam untuk masyarakat. Selain untuk membersihkan sungai, gerakan ini diharapkan bisa menambah kesadaran masyarakat akan isu air. “Acara ini berawal dari teman-teman UII, dampaknya terasa oleh teman-teman mapala se-Indonesia. Kami pun membentuk forum untuk membicarakan sebuah gerakan bahwa mapala mampu berkarya untuk negeri. Dari situ kami melakukan gerakan serentak tanggal 22,” tutur Ine kepada PR. Dalam kegiatan ini, tim dibagi menjadi 2 kelompok utama, yakni tim yang melakukan pembersihan aliran sungai di sekitaran Jatinangor dan Cileunyi, serta tim yang melakukan riset potensi banjir. Riset potensi banjir ini dilakukan karena seringnya Jatinangor digenangi banjir saat hujan deras turun. Menurut Ine, survey dilakukan berdasarkan hasil pra riset dari Fakultas Geologi Universitas Padjadjaran. Survey dilakukan untuk mengukur dan menilai kondisi sungai di Jatinangor dan kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang. Survey ini pun menilai tingkat konsumsi air warga masyarakat Jatinangor. “Jatinangor tadinya perkampungan biasa. Dengan berdirinya universitas, yang awalnya cakupan local jadi berkembang, sehingga konsumsi air pun bertambah. Berkesinambungan dari hasil survey dan pantauan di lapangan, nanti hasil survey akan menjadi policy paper untuk diberikan kepada pemerintah,” jelas Ina. Gerakan di Jatinangor ini diikuti oleh 45 perhimpunan pencinta alam se-Bandung. Selain di Jatinangor, gerakan ini pun berlangsung di berbagai wilayah di Pulau Jawa, diantaranya di Indramayu, Semarang, Yogyakarta, Surakarta dan Malang. (Wibi Pangestu Pratama)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat