kievskiy.org

Harga Anjlok, Petani Kentang Pangalengan Rugi Puluhan Juta

SEORANG petani kentang di Pangalengan menyemprotkan obat pestisida untuk tanaman kentangnya agar tidak terserang hama, belum lama ini.*/ECEP SUKIRMAN/PR
SEORANG petani kentang di Pangalengan menyemprotkan obat pestisida untuk tanaman kentangnya agar tidak terserang hama, belum lama ini.*/ECEP SUKIRMAN/PR

SOREANG, (PR).- Masih anjloknya harga sayuran membuat petani terus merugi. Bahkan hasil penjualan sayur saat ini tidak bisa menutup modal. Petani mendesak ada intervensi dari pemerintah terkait anjloknya harga komoditas sayuran beberawa waktu terakhir ini.

Salah satu komoditas sayur yang mengalami harga anjlok yaitu kentang. Seorang petani kentang, Asep Maman (41) mengatakan anjloknya harga kentang membuat dia harus mencari pembeli hingga di luar daerah seperti ke Tangerang agar harga jualnya tetap stabil dan mampu menutup modal. Harga jual kentang dari petani, lanjut dia, saat ini berada di bawah Rp 4.000 per kilogram.

“Ini (harga anjlok) terlama dan sekarang belum kembali normal. Biasanya harga kembali normal setelah beberapa pekan meskipun hasil panen melimpah di pasaran. Saat ini harga jual kentang dari petani di bawah Rp 4.000 per kilogram, biasanya dari petani berkisar Rp 8.000 per kilogram. Banyak petani yang rugi,” ungkap Asep saat ditemui di Pangalengan, Rabu 3 April 2019.

Diakui Asep, anjloknya harga jual dari petani ini dikarenakan hasil panen kentang melimpah sehingga membanjiri pasar. Bahkan, lanjut dia, tidak ada bandar kentang yang sanggup membeli dengan harga Rp 8.000 dari petani. Akibat anjloknya harga jual ini, Asep mengaku rugi hingga Rp 40 juta dari hasil panen kentang seluas 1,5 hektare miliknya.

“Kalau harga normal, biasanya saya memperoleh keuntungan Rp 35 juta dari luas kebun kentang saya, tapi sekarang mah rugi. Saya harap pemerintah bisa memberi solusi dari anjloknya harga sayuran ini. Bukan hanya petani kentang saja yang banyak rugi, banyak petani sayuran lain yang juga mengalami hal serupa karena persediaan barang (sayuran) banyak di pasaran,” ucap dia.

Anjloknya harga jual sayuran ini diakui Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran. Dia memperkirakan, anjloknya harga sayuran ini diakibatkan banyaknya hasil panen yang membanjiri pasar. Untuk  meminimalikan kerugian petani sayuran, pihaknya mengimbau petani untuk tidak menanam serentak satu komoditas sejenis sayuran. Diversifikasi pertanian sayuran perlu dilakukan petani dalam satu musim.

“Saat ini beberapa komoditas sayuran mengalami penurunan harga. Selain diakibatkan iklim, juga turut dipengaruhi hasil panen yang melimpah di pasaran. Akibatnya, di sini hukum ekonomi berjalan, antara supply dan demand tidak sebanding. Terlalu banyak supply-nya. Diperlukan perubahan paradigma di kalangan petani agar tidak menanam serentak satu jenis komoditas sayuran tertentu,” ungkap Tisna.

Dijelaskan Tisna, beberapa waktu lalu harga kentang di pasar induk berkisar Rp 4.000 per kilogram yang seharusnya Rp 12.000 per kilogram agar berada pada level break even point (BEP). Kemudian harga cabai berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 7.000 yang seharusnya harga BEP berkisar Rp 15.000 per kilogram.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat