kievskiy.org

Siswa di SLB (A) Citeureup Semangat Menghafal Alquran Braille

SISWA disabilitas netra yang menempuh pendidikan di SLB (A) Citeureup, Kota Cimahi pada Selasa, 7 Mei 2019 terlihat tengah mengikuti program hafidz melalui Alquran Braille.*/RIRIN NF/PR
SISWA disabilitas netra yang menempuh pendidikan di SLB (A) Citeureup, Kota Cimahi pada Selasa, 7 Mei 2019 terlihat tengah mengikuti program hafidz melalui Alquran Braille.*/RIRIN NF/PR

CIMAHI, (PR).- Semangat meraih kemuliaan bulan ramadan 1440 hijriyah turut dimiliki warga Sekolah Luar Biasa (SLB) A-Citeureup Jalan Sukarasa Kota Cimahi. Meski memiliki keterbatasan, yakni disabilitas netra, semangat mereka belajar agama saat Ramadan terlihat antusias.

Pada selasa, 7 Mei 2019, suara lantunan Alquran baik yang sudah lancar maupun yang masih terbata-bata, sayup-sayup terdengar hingga di sekitar mesjid di kompleks SLB tersebut. Semangat mereka untuk belajar membaca Alquran braille tampak dari kesungguhan jari-jemari mereka meraba setiap aksara di Alquran braille.

Ada sekitar 30 orang siswa yang rutin masuk program mengaji dan menghafal (hafidz) alquran tersebut. Biasanya digelar selepas salat Dzuhur, Ashar, dan Magrib. Kegiatan ini juga untuk mengisi kegiatan selama bulan ramadan untuk perbanyak amaliyah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Adalah Saefudin (51), yang gigih menyebarkan ilmu agama lewat mengajar membaca alquran braille. Pria disabilitas netra itu telah melahirkan ratusan bibit hafidz (penghafal Alquran) dari Kota Cimahi.

Aep, sapaan Saefudin, terlahir  normal. Namun sekitar 1982 muncul bencana sakit mata yang dialami warga di kampungnya di Semarang. "Saya kehilangan penglihatan saat kelas 2 SMP. Sampai diam terus di rumah sekitar 2 tahun," ujarnya.

Keluarga terus mengajaknya bangkit. Akhirnya Aep bersekolah di Yayasan Kesejahteraan Muslim, hal itu dijalankannya dengan setengah hati. Hingga ia bertemu dengan Ustaz Ahmad Dahlan yang mengajarinya petikan Alquran Surat Toha ayat ke-124. "Beliau mengajarkan, orang yang tidak mengingat Allah kelak di yaumul akhir akan dibangkitkan dalam keadaan buta (susah). Hal itu membuat saya berpikir, di dunia saja saya netra, apalagi di akherat kalau tidak mau ingat Allah. Hal itu membuat saya jadi rajin baca alquran agar menjadi bekal nanti," jelasnya.

Selepas SMA, Aep merantau di  Bandung untuk belajar di IKIP jurusan pendidikan luar biasa tahun 1996 dan diangkat menjadi guru di SLB tahun 2000. Dia juga dipertemukan dengan seorang ulama penyandang disabilitas netra Ustad Aan Suhana dari Ciamis. "Dia mengingatkan Surat Ali Imron ayat 192. Bahwa tidak ada yang Tuhan ciptakan sia-sia. Wejangan dari kedua ulama tersebut terus saya ingat," ucapnya. 

Setiap harinya, Aep mengisi program pengajian. Dia menilai, berkebutuhan khusus tidak menghambat siswa untuk beribadah. "Ada yang sudah lancar bahkan hafal beberapa sutat, ada yang masih terbata-bata. Sekalipun berkebutuhan khusus, mereka semangat bisa membaca alquran. Ada kebanggaan dalam mendidik anak-anak ini hingga mereka jadi pribadi gemar membaca alquran braille," ungkapnya.

Nu'man Tsabits, salah seorang murid sekaligus pendamping mengajar alquran braille sudah hafal 30 juz alquran. " Sekarang sudah hafal 30 juz Alquran berkat bimbingan beliau juga," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat