kievskiy.org

Rumah Susun Harus Jadi Prioritas Kota Bandung untuk Tangani Pencemaran Sungai oleh Limbah Domestik

ILUSTRASI pencemaran sungai.*/DOK. PRFM
ILUSTRASI pencemaran sungai.*/DOK. PRFM

BANDUNG, (PR).- Pencemaran limbah domestik ke sungai masih menjadi masalah besar di Kota Bandung. Selain pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal, pembangunan rumah susun (rusun) menjadi kebijakan strategis yang harus diprioritaskan.

Dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 2,5 juta, dan terus bertambah dari tahun ke tahun, Kota Bandung bermasalah dalam pengelolaan air limbah domestik. Sekitar 36 persen rumah tinggal di Ibu Kota Jawa Barat ini masih belum terhubung dengan saluran pembuangan limbah yang layak. Dari 151 kelurahan, baru enam di antaranya yang dinyatakan bebas perilaku buang air besar sembarangan (open defection free atau ODF).

Limbah domestik yang tidak terolah dibuang ke puluhan sungai yang melintasi Kota Bandung yang semuanya bermuara di Citarum. Pengukuran rutin yang dilakukan oleh DInas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat mencatat kondisi air sungai yang melebihi ambang batas baku mutu. Tercatat beragam penyakit dapat muncul akibat buruknya kondisi sanitasi seperti ini, mulai dari diare hingga disentri dan hepatitis.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Dedy Dharmawan menyatakan, pengelolaan limbah domestik harus menjadi kerja bersama. Selain terus memperbanyak jumlah IPAL komunal, pembangunan rusun juga menjadi salah satu solusi.

“Salah satu kendala utama kita adalah keterbatasan lahan. Pembangunan rusun atau apartemen memastikan pengelolaan limbah domestik secara komunal. Bandung sudah harus menuju ke situ,” kata Dedy, Kamis, 17 Oktober 2019 di Bandung.

Kota Bandung menargetkan 100 persen bebas ODF pada 2020. Diakui Dedy, butuh kerja sangat keras untuk mencapai target tersebut, namun dengan kerja sama yang baik dengan segala pihak, termasuk pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Satuan Tugas Citarum Harum, ia merasa optimistis.

Bandung saat ini telah memiliki IPAL skala kota di Bojongsoang, Kota Bandung. Layanan dengan sistem perpipaan sepanjang 586 kilometer ini telah menjangkau tidak kurang dari 117 ribu pelanggan. “Kami terus berupaya memperluas cakupan layanan. Namun harus disadari bahwa pengolahan air limbah ini merupakan kerja bersama. Partisipasi masyarakat sangat penting,” kata Direktur Air Limbah PDAM Tirta Wening Kota Bandung Novera Deliyasma.

Belum prioritas

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan DLH Jawa Barat Eva Fandora menyatakan, pengolahan limbah domestik masih menjadi masalah besar karena belum adanya pemrioritasan. Salah satu parameternya adalah besaran anggaran yang kalah jauh dibandingkan pos-pos lain, seperti infrastruktur.

Dalam paparannya, Eva menyoroti dampak kebiasaan budaya air besar sembarangan terhadap kesehatan masyarakat. Mengutip beragam riset, sanitasi yang buruk terbukti berdampak terhadap beragam kasus kesehatan, termasuk angka kematian bayi dan kurang gizi (stunting).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat