kievskiy.org

Kecanduan Impor, Industri Tekstil Indonesia Kritis

 PRODUKSI tekstil lokal makin lesu seiring membajirnya produk impor.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA
PRODUKSI tekstil lokal makin lesu seiring membajirnya produk impor.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA /ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA

BANDUNG, (PR).- Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina meminta pemerintah lebih memperhatikan Industri tekstil nasional yang mulai goncang akibat berbagai faktor luar dan internal.

Faktor luar dipengaruhi oleh gempuran produk impor yang mengganggu pasar dalam negeri, sedangkan faktor dari dalam akibat kemampuan daya saing produk dan kemampuan menembus pasar internasional masih kecil.

"Industri tekstil negeri ini sedang kritis. Banyak pabrik tutup atau hengkang dari negara kita. Di sentra-sentra perdagangan tekstil seperti Tanah Abang sulit menemukan merk lokal sedangkan gempuran produk tekstil impor semakin menjadi dengan kebijakan proteksi minim sehingga kebebasan impor tekstil tanpa barier", ujar Nevi, Sabtu 14 Desember 2019.

Baca Juga: Impor Katalis untuk Industri hingga 500 Juta Dolar, Pertamina Bangun Pabrik Sendiri

Legislator dari PKS ini mengatakan, bagi negara-negara dunia, potensi pasar di negara kita sangat menggiurkan.

"Ketika negara kita tidak mampu mengantisipasi serangan produk luar akibat pasar bebas, maka yang terjadi adalah defisit neraca dagang," ujarnya.

Tercatat Indonesia mengalami defisit sebesar 160 juta dolar pada tahun 2019.  Begitu juga terjadi pada kinerja industri tekstil dan produk tekstil sepanjang tahun 2018 mengalami defisit neraca perdagangan.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 tercatat ekspor TPT tumbuh sebesar 0,9%, sedangkan impor melesat jauh sebesar 13,9%. Dengan begitu pertumbuhan nilai neraca perdagangan TPT melambat 25,6% atau terendah sejak 2008. Bila kita terus terlena, negara kita akan semakin menderita kemerosotan ekonomi," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi-Ahok Reunian di Istana, Ngobrol Dekat Soal Impor Migas

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat