kievskiy.org

Ade Barkah Berpeluang Pimpin DPD Golkar Jabar, Mulyono : Politisi yang Kaya Pengalaman

ADE Barkah.*
ADE Barkah.* /Ecep Sukirman/"PR"

PIKIRAN RAKYAT - Sosok Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ade Barkah digadang berpeluang besar memimpin DPD Golkar Jawa Barat selama lima tahun ke depan.

Seperti pendahulunya (Dedi Mulyadi-red), mekanisme aklamasi santer dikabarkan akan mengantarkan Tokoh Cianjur itu ke kursi Golkar-1 Jawa Barat. 

Selama ini, pria kelahiran Garut pada 25 Desember 1967 itu memang dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Dalam mengelola partai, dia juga lebih banyak dibelakang layar. Siapapun pemimpinnya, dia sosok yang sangat loyal. 

Baca Juga: Akhirnya, Pemerintah Kota di Tiongkok Larang Warganya Makan Daging Kucing dan Anjing untuk Cegah Virus Corona Makin Tersebar

Kini dia justru diharapkan untuk tampil ke depan memimpin partai. Permintaan yang mungkin sangat sulit ditolaknya. Selain karena dukungan kuat Kang Dedi Mulyadi (Ketua DPD Partai Golkar Jabar saat ini, red) dan para senior Partai Golkar, juga karena desakan para kader Golkar yang tersebar diseluruh Kabupaten Kota di Jawa Barat.

Kesan itu ditangkap kuat oleh Ketua DPD Golkar Kabupaten Karawang, Mulyono. Menurut dia, Ade tidak pernah neko-neko selama bertugas sebagai Sekretaris DPD Golkar Jawa Barat. 

“Kang AB (sapaan Ade Barkah) gak pernah neko-neko saat berkomunikasi dengan kami sebagai kader daerah. Selama ini beliau jarang mau muncul ke permukaan. Beliau politisi yang kaya pengalaman. Dia juga seorang administratur partai yang baik dan mumpuni dalam tugas. Kami tentu mengharapkan karakter Kang AB ditiru oleh kader Golkar Jawa Barat,” kata Mulyono,  Kamis, 27 Februari 2020. 

Baca Juga: 20 Rumah Rusak dan 1 Jembatan Terancam Putus Akibat Pergerakan Tanah Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya

Mantan Ketua DPP LSM KOMPAK itu memiliki pengamalan unik saat pertama kali bertemu dengan Ade Barkah. Berdasarkan paparannya, saat mengurus SK Pengurus DPD Golkar Karawang, dia mengobrol dengan Ade di sebuah warung kopi. Ketika ditawari untuk makan di rumah makan terkenal, Ade menolak secara halus. 

“Padahal, di pinggir warung kopi dekat jalan raya itu ada rumah makan. Saya tawari beliau saat itu. Tetapi kata beliau, sudah saja di sini ngobrolnya, sambil lihat kendaraan lalu-lalang. Akhirnya, sesekali obrolan kami terhenti karena suara bising dari truk besar yang lewat,” kenangnya. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat