kievskiy.org

Curahan Hati Pasien Positif Covid-19 Soal Keluarganya yang Diperlakukan Tidak Ramah

KEMENKES: Rumah Sakit perlu menutup seluruh praktik rutin kecuali penanganan emergensi sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19.
KEMENKES: Rumah Sakit perlu menutup seluruh praktik rutin kecuali penanganan emergensi sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19. /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang menginginkan untuk jatuh sakit. Apalagi terpapar oleh wabah seperti halnya Covid-19 yang saat ini telah membuat dunia harus bertarung mati-matian dalam pengendaliannya.

Saat seseorang dinyatakan positif terpapar, sebenarnya orang tersebut tengah mengalami musibah dan sepatutnya mendapat empati. Meskipun prosedur menjaga jarak harus tetap dilakukan, pasien Covid-19 bukanlah orang yang beraib sehingga harus dijauhi dan dikucilkan.

Oleh karena itu, tindakan warga di Desa Jelegong, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu, patut diacungi jempol. Mereka justru menyambut hangat warga yang baru pulang dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh setelah sempat dinyatakan positif terpapar Covid-19.

Baca Juga: Larangan Mudik Dinilai Terlambat, Pemerintah Diminta Jangan Setengah Hati Buat Kebijakan

Sadar tetap harus menjaga jarak, para warga tersebut berteriak dari kejauhan untuk memberi semangat ketika mobil yang membawa tetangga mereka itu lewat. Selain itu, warga pun menunjukan spanduk karton berisikan kalimat-kalimat penyemangat.

Hal itu sebenarnya patut dicontoh oleh semua masyarakat karena Pandemi Covid-19 adalah bencana yang harus dihadapi bersama. Namun, ketidaktahuan atau kepanikan ternyata masih bisa membuat sejumlah orang kurang layak dan bahkan menyebarkan isu miring atau berita bohong.

Hal itulah yang dialami oleh Riki Priatna (20), warga Desa Cigentur, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung. Melalui video yang ia kirimkan lewat aplikasi pesan singkat kepada "PR", Selasa 21 April 2020, Riki mengungkapkan keluh kesahnya tersebut.

Baca Juga: Dua Striker Persib Garang dan Tajam, Zaenal Arief Sebut Ada Peran Bobotoh

Minggu 19 April 2020, boleh jadi merupakan hari yang sangat memilukan bagi Riki karena ia dinyatakan sebagai pasien positif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab di RS Al Ihsan pada 7 April 2020 lalu. Namun kesedihan sebenarnya sudah dirasakan Riki sejak ia menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP) sepulang dari Musda Hipmi Jabar di Karawang pada 9 Maret 2020.

Ya, Riki merupakan 1 dari 23 anggota Hipmi Kabupaten Bandung yang hadir dalam Musda Hipmi Jabar yang menjadi 1 dari 4 klaster terbesar penyebaran Covid-19 di Jabar. Bahkan Musda tersebut telah membuat Bupati Karawang dan Wakil Wali Kota Bandung sempat ikut terpapar menjadi pasien positif.

"Sepulang dari Karawang, saya dan rekan-rekan Hipmi Kabupaten Bandung lain langsung melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Sampai akhirnya kami mendapat kesempatan untuk menjalani Rapid Test pada 30 Maret 2020," kata Riki.

Baca Juga: AS Tuding Tiongkok Tahan Data Corona dengan Tujuan Komersial untuk Membuat Vaksin

Riki menambahkan, ia sempat menjalani rapid test di Puskesmas Cipedes, Kecamatan Paseh pada pagi hari. Namun bersama rekan-rekannya, ia pun menjalani rapid test atas undangan Pemprov dan Hipmi Jabar di Gedung Sate pada hari yang sama.

Meskipun demikian, Riki sempat bingung karena hasil kedua tes tersebut berbeda. "Tes di pemprov hasilnya negatif, tetapi di puskesmas positif," ucapnya.

Hal itu membuat Riki kemudian menjalani tes swab di RS Al Ihsan, Baleendah pada 7 April 2020 dan dinyatakan positif pada 19 April 2020. Selang beberapa jam setelah mendapatkan hasil tersebut, Riki pun langsung berinisiatif untuk melakukan isolasi mandiri di Gedung BLK Manggahang, jauh dari keluarganya.

Baca Juga: Alasan Iwan Bule Tunjuk Yunus Nusi jadi Plt Sekjen, Bagimana Reaksi Exco PSSI?

Saat ini, Riki mengaku kondisinya baik dan sehat tanpa ada sedikitpun gejala seperti demam, batuk, pilek atau apapun. Namun bukan hal itu yang membuat dirinya khawatir, melainkan kondisi keluarganya di kampung halaman.

Menurut Riki, selama ini ia sempat bingung dengan ada berita miring terkait dirinya.

"Sempat ada yang menyebar isu bahwa saya kabur dari rumah sakit, padahal saya memang tidak pernah dirawat dan sejak menjadi ODP saya isolasi mandiri di rumah," katanya.

Isu tersebut, kata Riki, membuat keluarganya mendapat perlakuan yang tidak begitu ramah dari sejumlah warga. Oleh karena itu ia berharap masyarakat bisa memahami bahwa ia dan keluarganya justru butuh dukungan moral.

Baca Juga: Persib dalam Sejarah: 3 Kemenangan Dramatis Maung Bandung di Liga Super Indonesia 2014

"Saya mohon dukungan dari semua masyarakat, terutama untuk keluarga saya jangan sampai mereka dikucilkan. Warga harus cepat tanggap dan waspada, tetapi jangan panik dan jangan percaya berita yang tidak benar," tutur Riki.

Riki pun meyakinkan bahwa selama isolasi di rumah sejak pertama kali menjadi ODP, dirinya selalu menjaga jarak dengan anggota keluarga mulai dari ayah, ibu sampai istrinya sendiri. Oleh karena itu ia meyakinkan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang terpapar, terlebih setelah mereka dinyatakan negatif berdasarkan hasil rapid test pada Selasa 21 April 2020.

Di sisi lain, ia berharap pemerintah Desa Cigentur bisa terus meningkatkan langkah pencegahan Covid-19 di wilayahnya. Ia memandang masyarakat butuh sarana cuci tangan, penyemprotan disinfektan, masker dan kebutuhan lain untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Kenali 6 Langkah Efektif Hilangkan Pusing Berlebih yang Disebabkan oleh Vertigo

Ia pun berterima kasih kepada pihak Puskesmas Cipedes yang selama ini telah memberi dukungan sejak dirinya menjadi ODP sepulang dari Karawang sampai dinyatakan positif dalam rentang waktu hampir 1,5 bulan terakhir.

"Saya juga berterima kasih kepada pihak BLK Manggahang yang menangani saya dengan baik sejak menjalani isolasi di sini. Kondisi saya sekarang juga masih sehat-sehat, terakhir tadi dicek suhu tuhub 36 derajat celcius dan kadar oksigen darah 97 persen," ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat