kievskiy.org

Pekik Merdeka Oto Iskandar Di Nata

Foto Koran Algemeen Indisch Dagblad De Preanger Bode terbitan 22 Desember 1952 menampilkan kehadiran sejumlah pejabat di lokasi permakaman simbolis Oto Iskandar di Nata di Lemban
Foto Koran Algemeen Indisch Dagblad De Preanger Bode terbitan 22 Desember 1952 menampilkan kehadiran sejumlah pejabat di lokasi permakaman simbolis Oto Iskandar di Nata di Lemban /Koran Algemeen Indisch Dagblad De Preanger Bode

PIKIRAN RAKYAT - Salah satu jasa Oto Iskandar Di Nata yang terlupakan adalah perannya dalam mengenalkan pekik merdeka sebagai salam perjuangan di era revolusi negeri ini. Melalui pekik merdeka, semangat para pejuang semakin bergelora dalam melawan Belanda yang ingin terus bercokol dan berkuasa di Tanah Air.

Ukar Bratakusumah, mantan Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat di era revolusi 1945 masih ingat pertemuan dengan Oto pada suatu malam. Pertemuan yang melibatkan sejumlah orang tersebut juga berlangsung di kediaman Oto di Prapatan Lima. Agar mendapat semangat, tutur Oto,  baik apabila menyebar dan merakyat dengan menyebut, "Merdeka, Merdeka, Merdeka!" 

"Perkataan merdeka akhirnya menjadi semboyan," kata Ukar dalam buku, IR.RH. Ukar Bratakusumah Dari Jaman Penjajahan Belanda Hingga Jaman Pembangunan: Seorang Pejuang dan Pelopor Pertambangan yang ditulis Aat Suwangsa dan Drs Zaenal Abidin. 

Ukar pun meyakini Oto merupakan sosok pencetus pekik merdeka itu. Tak dinyana, pekikan tersebut menjadi salam perjuangan dan juga identitas para pejuang kemerdekaan. Dalam sebuah perjalanan pulang dari Jakarta melalui Sukabumi contohnya, Ukar selalu dihadang sejumlah barisan-barisan yang berkumpul dan menanyainya dari mana.

Baca Juga: Bagaimana Mencegah Bullying terhadap Anak, Simak Penjelasan dari Psikolog Anak Elly Risman

Ketika dijawab dari Jakarta, mereka pun memekik merdeka. Untuk urusan salam kemerdekaan ini, Oto sebagai pencetusnya memang terbilang kalah masyhur dari Bung Tomo dengan pekikan takbirnya dalam corong radio yang kerap dikait-kaitkan dengan palagan 10 November 1945 di Surabaya. Namun, gelora perjuangan pekik merdeka tak kalah menyetrum dan memb‎angkitkan semangat pemuda/pejuang kemerdekaan.

Jejak Oto

Oto bukan nama sembarangan dalam dunia pergerakan kaum nasionalis kemerdekaan. Jejaknya terentang sejak lama sebagai ketua Paguyuban Pasundan, anggota Volksraad (dewan rakyat) mewakili Paguyuban Pasundan, menteri negara di awal kemerdekaan. Pria kelahiran Bojongsoang, Bandung pada 31 Maret 1897 terkenal dengan kritik pedasnya terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Koran berbahasa Belanda,‎ De Sumatra Post dalam terbitannya pada 7 Agustus 1934 menurunkan berita terkait amendemen yang diajukan Oto, Monod de Froideville dan Ratu Langie guna mendesak pemerintah lebih gencar melakukan perbaikan rumah guna memerangi ancaman wabah yang tengah melanda. 

Baca Juga: Mensos Risma Positif Covid-19 Usai Lawatan ke Arab Saudi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat