kievskiy.org

Dewi Sartika: Jejak Perintis Pendidikan Perempuan Kaoetamaan Istri

Sekolah Keoetamaan Istri di Bandung pada 1920.
Sekolah Keoetamaan Istri di Bandung pada 1920. /Tangkapan layar KITLV Tangkapan layar KITLV

PIKIRAN RAKYAT - Peneroka pendidikan bagi kaum perempuan bumiputra. Demikianlah kiprah Raden Dewi Sartika.

Jasa perempuan kelahiran Bandung 4 Desember 1884 itu tak kalah dari Raden Ajeng Kartini. "PR" menelusuri kisahnya.

"Pada masa itoe, djangankan di bangsa, volk, sedang bangsa menak djuga, misih ada dalam kebodohan, teroetama dalam kalangan parampoean. Poetri-poetri bangsa menak hanja beladjar hoeroef Djawa dan Arab sadja, sedang mengitoeng menoelis hoereoef Belanda sama sekali tida dibeladjarkanja, apalagi basa Belanda."

Demikian pernyataan Dewi Sartika pada Jumat 20 Juli 1934 di Bandung dalam peringatan 30 tahun berdirinya Sekolah Kaoetamaan Istri.

Baca Juga: Hari Pahlawan 2020: Kenali 10 Pahlawan Berdarah Sunda, dari Dewi Sartika hingga Otto Iskandardinata

Peringatan dan sambutan Dewi Sartika tersebut dimuat dalam koran berbahasa Sunda, Sipatahoenan, pada 21 Juli 1934.

Uniknya, Sipatahoenan tak menyalin pernyataan Dewi dalam bahasa Sunda, tetapi tetap dalam bahasa Melayu.

Kehadiran sekolah itu bermula dari cita-cita Dewi memajukan kaum perempuan bangsa pribumi agar derajat dan harkatnya tinggi.

Keinginan itu akhirnya terlaksana karena dukungan pamannya seorang Patih Cicalengka yang membantu Dewi bersekolah dan belajar bahasa Belanda sedikit-sedikit serta keterampilan perempuan seperti menyulam dan memasak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat