kievskiy.org

Peringati 68 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Museum KAA Bandung Gelar Jamuan Teh Petang Bersama Saksi Sejarah

Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung.
Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung. /Kemlu.go.id

PIKIRAN RAKYAT – Memperingati 68 tahun Konferensi Asia-Afrika, Museum KAA menggelar acara dengan konsep Afternoon Tea Diplomatic Reception dengan menghadirkan saksi sejarah Prof. Dr. -Ing. Wardiman Djojonegoro, salah satu Liaison Officer (LO) yang bertugas kala itu.

Acara Jamuan Teh Petang tersebut akan digelar di Hotel Savoy Homann pada Senin, 17 April 2023 mulai pukul 16.30 WIB. Publik juga dapat menyaksikan langsung diskusi di kanal YouTube AsiaAfricaMuseum.

Acara Jamuan Teh Petang tersebut merupakan bagian dari acara peringatan 68 tahun Konferensi Asia-Afrika yang mengambil tema Road to 2025: Towards Stronger Asia-Africa.

Sejarah Singkat Konferensi Asia-Afrika

Setelah Konferensi Colombo berakhir, Konferensi Asia-Afrika pun lahir. Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang mewakili Presiden Soekarno menyatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan wujud dari cita-cita bersama selama hampir 30 tahun untuk membangun solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika dalam melawan penjajahan.

Baca Juga: Jadwal Upacara Pengibaran 109 Bendera Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-68, Live di YouTube dan Zoom

Setelah Perang Dunia II berakhir pada Agustus 1945, banyak negara yang memperoleh kemerdekaannya, terutama di Asia. Beberapa negara yang memperoleh kemerdekaannya di antaranya Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Sri Lanka (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949).

Meskipun demikian, masih banyak negara di dunia yang berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan, terutama di Afrika. Beberapa bahkan masih berjuang untuk membebaskan diri dari sisa penjajahan seperti Irian Barat, Kashmir, Aden, dan Palestina karena konflik politik yang terjadi di dalam negeri terus berkecamuk tanpa henti.

Keprihatinan bersama bangsa Asia dan Afrika atas situasi tersebut memicu Perdana Menteri Sri Lanka, Sir John Kotelawala, untuk mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) untuk mengadakan pertemuan dengan tujuan menghadapi situasi yang terus memanas saat itu.

Melalui saluran diplomatiknya, pemerintah Indonesia mengusulkan agar diadakan pertemuan yang lebih luas antara negara-negara Afrika dan Asia, karena masalah-masalah krusial yang dibicarakan tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang diwakili dalam konferensi tersebut, tetapi juga dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat