kievskiy.org

Berkah Belatung dan Tukar Sampah di Pasar Hejo KBB, Diolah Jadi Pupuk Alami hingga Pakan Unggas

Wadah berisi belatung yang dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk diperlihatkan dalam acara Pasar Hejo Kota Baru Parahyangan 2023 di kawasan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, pada Minggu, 30 Juli 2023.
Wadah berisi belatung yang dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk diperlihatkan dalam acara Pasar Hejo Kota Baru Parahyangan 2023 di kawasan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, pada Minggu, 30 Juli 2023. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Bagi sejumlah orang, belatung merupakan hewan yang menjijikan. Keberadaannya identik dengan bangkai dan segala yang membusuk. Namun, hal itu tak berlaku bagi Asep Saefulloh, Ketua Paguyuban Saung Maggot Kabupaten Bandung Barat. Asep justru membudidayakan belatung dan memanfaatkan untuk mengolah sampah organik hingga membuat pakan ternak.

Asep memperlihatkan beberapa belatung yang bergeliat di dalam wadah plastik. Di dekatnya, terdapat wadah-wadah lain yang tergeletak di rak. Wadah-wadah tersebut menunjukkan perkembangan belatung. Masing-masing wadah berisi bayi larva, larva dewasa, dan belatung.

"‎Pembudidaya maggot (belatung) ini sangat mulia karena yatim piatu kita urus," kata Asep kepada Pikiran-Rakyat.com pada Minggu, 30 Juli 2023 siang.

Saat itu, Asep mengikuti kegiatan Pasar Hejo, Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Di sana, ia menampilkan hewan budi dayanya itu dan produk-produk paguyuban tersebut.

Baca Juga: Waspada, Stres dan Cuaca Ekstrem Dapat Memicu Psoriasis

Anak belatung memang ditinggalkan orangtuanya, lalat jantan dan betina menjelang kemunculannya sebagai telur. Lalat jantan bakal mati setelah kawin dengan lalat betina. Sementara lalat betina mati setelah bertelur. Yang jelas, Asep mendapatkan manfaat ekonomi melalui budi daya belatung. Salah satunya, belatung-belatung tersebut bisa menjadi solusi persoalan sampah dengan mereduksinya.

Dengan menebar belatung usia 7-18 hari, tumpukan sampah organik bisa dikurangi karena dimakan hewan tersebut. Sampah yang bisa dikonsumsi belatung perhari mencapai minimal 20 kilogram dan maksimal 40 kilogram. Tak ayal, produksi sampah organik yang dihasilkan warga bisa menyusut apabila menggunakan belatung. Untuk sampah yang tersisa atau tak dimakan belatung, nantinya akan bercampur kotoran hewan itu dan menjadi pupuk organik. Pupuk tersebut bisa langsung dipakai atau diolah kembali agar lebih awet.

Pembudi daya belatung akhirnya memiliki pupuk alami untuk dipakai bagi tanaman-tanamannya, termasuk bahan pangan.

‎"Jadi bisa meningkatkan ketahanan pangan," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat