/photo/2023/02/02/2731784617.jpeg)
PIKIRAN RAKYAT - Upaya mengatasi persoalan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti bisa dilakukan dengan pembatasan pembuangan. Namun, hal tersebut mesti disertai pengurangan sampah dari hulu.
"Intinya kegiatan pengolahan sampah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya atau di hulu," kata Sudartoyo, perwakilan Forum Bandung Juara Bebas Sampah saat dihubungi pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Setelah diolah di hulu, sisa atau residu sampah baru dibuang ke TPA. Untuk itu, pemerintah kabupaten/kota serta pemerintah yang membuang sampah ke Sarimukti serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu berbagi peran.
Pemerintah kabupaten/kota menekan produksi sampah dengan melakukan pengolahan di wilayahnya, sementara Pemprov bertugas di hilir yakni mengelola residu di TPA. Umur Sarimukti pun bisa panjang kendati kondisi lahannya terbatas.
Baca Juga: Persija Disanksi Komdis Akibat Pelanggaran Suporter, Jakmania Tanggung Jawab Bayar Denda Rp25 Juta
Upaya pengurangan sampah yang masuk TPA melalui cara itu belum terlihat. Padahal, ada perjanjian kerja sama antara Pemprov dengan pemerintah kabupaten/kota yang membuang sampah ke Sarimukti.
Sudartoyo menilai, item perjanjian belum mengatur agar sampah dari pemerintah kabupaten/kota yang dibuang di Sarimukti hanya berupa residu. Dengan kondisi TPA yang sudah penuh, upaya tersebutlah yang semestinya dilakukan.
Demikian pula dengan persoalan limbah cair atau lindi Sarimukti. Lindi muncul, terutama karena adanya sampah organik. Apabila pemerintah kabupaten/kota bisa mengolah sampah-sampah organik itu wilayahnya masing-masing, permasalahan lindi bisa diatasi.
Pembusukan sampah organik, tutur Sudartoyo, merupakan proses alam. Langkah sederhana bagi warga yang lahannya luas dengan menaruhnya di lubang dekat rumah warga, pembusukan dan pengomposan pun bisa dilakukan.