kievskiy.org

Hentikan Menutup Jalanan Kota Bandung untuk Keriaan

Ilustrasi keriaan.
Ilustrasi keriaan. /Pixabay/Vishnu R Pixabay/Vishnu R

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah ruas jalan di Kota Bandung, Jawa Barat, belum lama ini ditutup karena adanya beberapa acara. Hal tersebut menjadi sorotan warga, terutama pengguna jalan.

Tak sedikit yang keberatan karena keriaan yang digelar membuat beberapa ruas jalan di Kota Bandung mesti ditutup dan mengalami kemacetan, sehingga mengakibatkan aktivitas warga terganggu.

Pemilik Kozi Coffee, Rama, mengkritik diselenggarakannya acara yang tak ditunjang dengan fasilitas umum.

"Ni kota gak punya transportasi publik mumpuni, tiap weekend macet. Eh bikin festival memakai dan menutup jalan sana sini. Gak ada empatinya :(," kata Rama melalui cuitan Twitter-nya @kozirama pada 3 September 2023, Pikiran Rakyat telah diizinkan untuk memberitakannya.

Beberapa pengikut Twitter Rama juga mengungkapkan pengalamannya menghadapi kemacetan imbas keriaan yang digelar. Tak sedikit pula yang sependapat dengan pemilik Kozi Coffee tersebut, ihwal minimnya transportasi publik.

Sementara itu, pengemudi ojek online, Jumiran (43), mengungkapkan, keriaan yang berimbas pada kemacetan di beberapa titik berakibat pada pengeluarannya. Apalagi bila mendapat orderan penumpang menuju atau dari wilayah yang melewati keriaan, mesti mencari jalan lain.

"Pengaruh dari bensinnya, (karena jalannya harus) muter, dari segi waktu juga," tutur dia saat ditemui di area Alun-alun Bandung, Senin, 5 September 2023.

Keluhan netizen PRFM News

Beberapa netizen PRFM News juga meluapkan kekesalannya lantaran acara yang berlangsung di Kota Bandung belum lama ini membuat aktivitasnya terganggu. Hal tersebut disampaikan melalui kolom komentar unggahan Instagram PRFM News pada 3 September 2023.

Dalam video yang menampilkan suasana West Java Festival 2023 yang digelar di Gedung Sate, Kota Bandung, beberapa netizen mengungkapkan, acara keriaan tersebut membuat macet. Bahkan ada salah satu netizen PRFM News yang terganggu saat akan menjemput istrinya pulang dari rumah sakit.

"Lagi rusuh2nya jemput istri ke RSHS malah kajebak macet kop***," kata @achmad27djael***.

Netizen PRFM News ramai-ramai mengatakan bahwa acara yang mengorbankan fasititas umum membuat kemacetan, sehingga mengganggu aktivitas.

"Bandung sangsara fasilitas acara nepi k ngorbankeun jalan sampe k macet imbasna kamana-mana," tutur @andris_mar***.

Pikiran Rakyat telah berupaya menghubungi Pelaksana Harian (Plh.) Wali Kota Bandung Ema Sumarna, tapi belum direspons.

Aspek sosiokultural

Pemerhati budaya urban Jejen Jaelani menuturkan, bila melihat aturan, penutupan jalan tersebut diperbolehkan selama memenuhi syarat, seperti adanya jalan alternatif, izin, dan lainnya. Namun menurutnya, persoalan kemacetan yang disebabkan oleh keriaan bukan hanya perkara memenuhi syarat secara aturan, tapi juga sosiokultural.

"Yang sering luput dalam penyelenggaraan acara hingga menutup jalan, apakah itu diselenggarakan oleh pemerintahan atau juga diselenggarakan oleh event organizer misalnya, itu adalah aspek sosiokultural itu ya, mereka biasanya terpatok pada 'ini sudah ada nih dari pemerintah setempat, dari kepolisian, dari Dishub, dan lain-lain,' terus merasa semua permasalahan selesai. Padahal kan yang memiliki kota ini kan warga, nah sering aspek sosiokultural itu diabaikan," ujarnya saat dihubungi pada Kamis, 7 September 2023.

Penulis buku Semiotika Kota: Pertarungan Ideologis di Ruang Urban itu menegaskan, aspek sosiokultural merupakan hal yang mesti diperhatikan. "Memang betul secara penggunaan jalan itu bukan untuk lalu lintas saja ya, boleh digunakan untuk acara kenegaraan, festival, dan lain-lain, tapi aspek sosiokultural ini merupakan suatu hal yang sangat penting."

Dalam kesempatan itu, dia juga mengkritisi sejumlah keriaan yang mengakibatkan warga kesulitan mengakses jalan.

"Yang lebih parah kalau kita perhatikan, misalnya tanggal 3 September 2023 ya, orang itu diapit dengan beberapa event sekaligus, di Dago ada car free day, di Monju (Monumen Perjuangan) ada pasar tumpah, Diponegoro ditutup, kan orang jadi mengalami kemacetan yang luar biasa parah," tuturnya menerangkan.

Kata Jejen, kemacetan yang mesti dihadapi warga Kota Bandung bukan saat ada keriaan saja, tapi saat beraktivitas sehari-hari. Bahkan menjadi salah satu kota termacet di Indonesia.

"Mereka sehari-hari pergi kerja, pergi ke sekolah, sudah dilanda macet, ketika weekend macetnya bisa double," ujar dia, "saya kira kemarahan netizen di media sosial juga menjadi akumulasi, jadi bukan hanya satu event saja, tapi dari rutinitas setiap hari (menghadapi) macet."

Dia mengungkapkan, ketika salah satu ruas jalan di Kota Bandung ditutup, kota berjuluk Kota Kembang itu bisa stuck hingga berdampak ke beberapa luas jalan. Jejen pun membeberkan alasannya.

"Karena basis kendaraan yang digunakan di Kota Bandung ini kan basisnya kendaraan pribadi, jauh lebih besar dibandingkan transportasi publik," ucapnya, "nah kalau kita lihat dan tarik ke belakang, ini kan berkaitan dengan sistem, sebenarnya kalau kita evaluasi, misalnya masa pemerintahan apakah di Pemkot atau di Pemda Jabar janji pembuatan transportasi publik ini kan sering digaungkan di awal ya, apakah itu ketika kampanye, apakah itu di rencana pembangunan jangka menengah misalnya, tapi ketika pemerintahan berjalan, transportasi ini tidak berubah."

Keriaan menimbulkan kesusahan

Jejen menilai, fenomena kemacetan jalan gegara keriaan tersebut menjadi semacam rangkuman kebijakan. "Ini ditutup dengan keriaan, tapi di sisi lain keriaan ini menyebabkan kesusahan yang lain. Jangan-jangan selama ini berbagai macam kebijakan itu hanya sebagai seremoni saja. Atau lebih jauh lagi karena sistemnya enggak pernah dibangun, maka kita merasakan kemacetan, hari-hari kerja juga macet, di weekend macet oleh event dan wisatawan, betapa stres jadi orang Bandung."

Dalam kesempatan itu, dia mengungkap beberapa solusi bagi pihak yang kepengin menggelar event tanpa harus menutup jalan raya. Menurutnya, ada banyak pilihan tempat yang bisa digunakan untuk menggelar acara.

"Lapangan misalnya ada Tegalega, ada Saparua, Siliwangi, Kiara Artha misalnya, Laswi Heritage, kan ada pilihan lain untuk solusi jangka pendek tanpa harus menutup jalan dan menyusahkan banyak orang, kita punya pilihan itu," ucapnya, "jangka panjangnya, mau enggak mau kalau di bidang transportasi ya bikin sistem transportasi yang layak supaya orang bisa punya pilihan, kalau di bidang penyelenggaraan event, gedung konser yang layak."

Jumlah kendaraan di Bandung

Pada awal Februari 2023, berdasarkan data yang disampaikan Kabid Lalu Lintas dan Perlengkapan Jalan Dishub Kota Bandung, Khairul Rijal, populasi penduduk dan kendaraan di Kota Bandung nyaris sama. Hal tersebut yang membuat kemacetan di Bandung tak terbendung.

Dia mengungkapkan, jumlah kendaraan di Kota Bandung sebanyak 2,2 juta unit yang terdiri dari 1,7 juta motor dan sekira 500.000 mobil. Jumlah itu mendekati populasi penduduk di kota tersebut yang mencapai 2,4 juta jiwa.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat