kievskiy.org

Ada 137.000 Pengangguran di Bandung, Soft Skill Sangat Penting Dimiliki Pencari Kerja

Kepala Disnaker Kota Bandung Andri Darusman memaparkan perihal sistem informasi dan aplikasi bernama New BIMMA saat gelar wicara Gathering dan Growing (G2) dengan tema Peran Sentral Transformasi Digital Tahun 2023, di Grand Pacific Hotel, Jalan Pasirkaliki, Kota Bandung, Jumat (29/9/2023).
Kepala Disnaker Kota Bandung Andri Darusman memaparkan perihal sistem informasi dan aplikasi bernama New BIMMA saat gelar wicara Gathering dan Growing (G2) dengan tema Peran Sentral Transformasi Digital Tahun 2023, di Grand Pacific Hotel, Jalan Pasirkaliki, Kota Bandung, Jumat (29/9/2023). /Pikiran Rakyat/Satira Yudatama

PIKIRAN RAKYAT - Pencari kerja mesti memiliki keterampilan nonteknis atau soft skill untuk bersaing di tengah era digital seperti saat ini. Keterampilan nonteknis sangat penting untuk meraih peluang sekaligus menjawab tiap-tiap tantangan. Demikian dipaparkan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bandung, M. Edwin Khadafi, di sela-sela gelar wicara Gathering dan Growing (G2) dengan tema Peran Sentral Transformasi Digital Tahun 2023 di Grand Pacific Hotel, Jalan Pasirkaliki, Kota Bandung, Jumat, 29 September 2023.

Jumlah pengangguran terbuka di Kota Bandung, ucap Edwin, masih terbilang tinggi. Selaku organisasi kepemudaan, pihaknya terus berupaya mencari solusi atas persoalan ketenagakerjaan.

"Salah satunya memanfaatkan digitalisasi untuk menekan angka pengangguran di Kota Bandung. Kami melihat, jumlah pemuda cukup banyak di antara angka pengangguran itu. Kami menstimulasi pemuda untuk betul-betul memanfaatkan digitalisasi untuk membuka lapangan pekerjaan baru sebagai entrepreneur, bukan hanya menggapai lapangan pekerjanan," ucap Edwin.

Jumlah pengangguran terbuka di Kota Bandung sekira 137 ribu jiwa atau 9,5 persen dari angkatan kerja pada 2022. Secara spesifik, berdasarkan Profil Pemuda Jawa Barat 2022, pengangguran dari kelompok pemuda (usia 16-30 tahun) di Kota Bandung berada di angka 10,59 persen.
Baca Juga: Penyebab Pengangguran di NTB, Sarjana Gengsi Bekerja Tak Sesuai Gelar

Dia mencontohkan pemanfaatan digitalisasi yang dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi pemuda. Di antaranya membantu pemasaran dan penjualan daring produk perajin di Sentra Industri Cibaduyut.

"Pemanfaatan digitalisasi termasuk soft skill. Pemuda bisa bekerja sama dengan perajin setempat. Selain potensial menjadi sumber penghasilan, langkah itu membantu perajin di Sentra Industri Cibadut yang penjualannya sedang menurun. Pendekatan serupa bisa diterapkan di sentra industri Kota Bandung lainnya," ucap Edwin.

Selain menstimulasi pemuda melalui gelar wicara, pihaknya menyiapkan tahapan lanjutan setelah pemuda mengikuti pelatihan keterampilan atas penyelenggaraan pemerintah. Dalam hal itu, pihaknya berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kota Bandung, Bandung Creative City Forum (BCCF)

"Menuntaskan persoalan ketenagakerjaan perlu berjalan kolektif, kolaboratif, terjalin koneksi. Tak bisa berjalan sendiri-sendiri," ucap dia.

Baca Juga: Motif Anak Bunuh Ayah di Sukabumi Terungkap, Polisi: Tak Terima Disebut Pengangguran

Beriringan dengan upaya-upaya tersebut, pihaknya meminta pemerintah menginformasikan program-program yang berkenaan dengan mengentaskan persoalan pengangguran dengan lebih gencar. Pemerintah mesti betul-betul memastikan, informasi itu sampai ke pemuda maupun masyarakat lebih luas.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat