kievskiy.org

Ruwatan Jagat Nusantara, Alam Bukan Benda Mati yang Bisa Dikeruk Seenaknya

Salah seorang penampil menyuguhkan tari yang mengisi acara Jagat Ruwat Nusantara di Padepokan Parukuyan, Jalan Bukit Pakar Timur, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (5/5/2024).
Salah seorang penampil menyuguhkan tari yang mengisi acara Jagat Ruwat Nusantara di Padepokan Parukuyan, Jalan Bukit Pakar Timur, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (5/5/2024). /Pikiran Rakyat/Satira Yudatama

PIKIRAN RAKYAT - Budaya nusantara, di antaranya Sunda, terus tergerus pengaruh eksternal. Untuk menyikapi hal itu, upaya membangkitkan budaya Nusantara harus terus dilakukan. Hal itu diucapkan Yon Suparman selaku pemimpin Padepokan Parukuyan di sela-sela acara Ruwatan Jagat Nusantara, Minggu, 5 Mei 2024.

Ruwatan Jagat Nusantara dilaksanakan di Padepokan Parukuyan, Jalan Bukit Pakar Timur, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu, 5 Mei 2024. Sejumlah seniman dan budayawan dari berbagai daerah menghadiri acara tersebut. Beberapa di antaranya dari Lampung, Sumatera Utara (Karo), Papua, Madura, Bali, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (Ende).

Yon mengatakan, ruwatan merupakan acara tahunan di Padepokan Parukuyan. Pihaknya senantiasa mengundang masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada setiap edisi penyelenggaraan.

Tujuan ruwatan, ucap Yon, adalah mempererat silaturahmi dan rangsangan energi positif untuk membangkitkan budaya bangsa. "Kini, budaya bangsa tergerus. Barangkali, tingkat tergerusnya sampai 80 persen. Misal, silaturahmi dengan alam, sudah hampir tak terlihat lagi," ucap Yon.

Penyelenggaraan acara itu turut menebarkan edukasi perihal ruwatan. Yon menyebutkan, ruwat berarti merawat. Implementasinya, merawat silaturahmi kepada alam dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ancaman gempa

Yon berpandangan, Bandung Raya berdampingan dengan potensi gempa dangkal. Pihaknya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar apa yang dikhawatirkan itu tak sampai terjadi.

"Sembari berdoa, perlu berupaya dengan merawat tiap-tiap elemen materi, air, api, tanah, udara. Kearifan menjaga alam bagian dari ajaran leluhur yang sangat berarti dan konseptual. Siloka (pepatah) mimpit amit ngala menta (izin kepada Tuhan yang Maha Esa, manusia, serta makhluk bernyawa lain)," tutur Yon.

Perihal persiapan penyelenggaraan acara, Yon memerlukan waktu sekira 3 bulan, menyebarkan undangan kepada seniman dan budayawan di daerah lain menjadi bagian persiapan yang memerlukan waktu terbilang panjang.

"Sebagian (seniman dan budayawan) datang dari daerah masing-masing. Ada juga yang sudah berada di Kota Bandung dan sekitarnya. Untuk yang datang dari luar daerah, kami menyediakan penginapan," ucap Yon.

Berdasarkan pantauan di lokasi acara, masyarakat berdatangan semenjak pagi. Saat siang, walaupun cuaca terbilang terik, masyarakat tampak tetap antusias menyaksikan para penampil maupun rangkaian dalam acara.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat