kievskiy.org

PSSI Seharusnya Belajar dari Eks PM Inggris Liz Truss, Sekali Berarti Sudah Itu Mati

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. /Antara/Aditya Pradana Putra

 

PIKIRAN RAKYAT - Seorang kesatria dalam dongeng selalu digambarkan sebagai sosok bijak, tegas, dan bisa menguasai situasi dengan cepat. Dalam pertempuran, dia dikagumi bukan hanya karena sikap tersebut, tetapi juga karena ketika gagal, dia mengakuinya dan undur diri dari medan pertempuran.

Mundurnya seseorang dari medan pertempuran bukanlah sikap pengecut, jauh dari itu, ada kesadaran untuk menepi sejenak dan mempersilakan kesatria yang baru menggantikannya.

Kesatria yang memiliki karakter bijak bestari itu boleh jadi sedikit. Namun, beberapa bulan terakhir, di negara lain, kita menyaksikan medan pertarungan antara para kesatria yang bukan lagi untuk kepentingan golongan melainkan lebih jauh dari itu  yakni ‘persatuan nasional’.

Itulah yang terjadi ketika mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss mundur dari jabatannya dan meninggalkan Donwing Street Nomor 10. Hal itu terjadi setelah desakan mundur dari anggota parlemen Inggris bergema karena dia dianggap gagal memimpin Inggris keluar dari situasi perekonomian yang kian buruk.

Baca Juga: 7 Klub BRI Liga 1 yang Ambil Sikap Buntut Tragedi Kanjuruhan, Dua Tim Pendiri PSSI Minta KLB Digelar

Liz Truss tidak bisa mengatasinya. Dia mengakui telah gagal saat memimpin dan memilih mundur meski baru menjabat 45 hari. Menurut dia, Inggris harus diselamatkan dari resesi, tetapi bukan dia orang yang tepat untuk memimpin jutaan warga Inggris. Dia pun mengizinkan Partai Konservatif—partai penguasa di Inggris—untuk segera mencari penggantinya.

Di belahan dunia lain, di Negeri Sakura kita juga menyaksikan pertunjukan seorang pemimpin seperti kesatria, yakni ketika Menteri Ekonomi Jepang Daishiro Yamagiwa mundur dari jabatannya karena pernah terlibat di Gereja Unifikasi, kelompok yang dikenal punya pandangan esktrem dan kontroversial.

Gereja Unifikasi disorot begitu luas karena dikaitkan dengan pembunuhan Shinzo Abe, 8 Juli 2022.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat