kievskiy.org

Keterbatasan Bukan Rintangan untuk Terus Meningkatkan Kesadaran Inklusi di Wilayah 3T

Hampir 5 tahun, Irenius menjadi Mantri BRI di Kabupaten Malaka. Selama bertugas, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal layanan-layanan keuangan dari lembaga formal perbankan.
Hampir 5 tahun, Irenius menjadi Mantri BRI di Kabupaten Malaka. Selama bertugas, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal layanan-layanan keuangan dari lembaga formal perbankan. /Adv/BRI

PIKIRAN RAKYAT - Keterbatasan bukan rintangan untuk memberikan sumbangsih bagi negeri. Prinsip ini dipegang betul oleh para Mantri (tenaga pemasar mikro) BRI yang bertugas meningkatkan kesadaran inklusi di wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal).
Komitmen ini salah satunya diperlihatkan Irenius Prianbodo (32), Mantri BRI Unit Kobalima yang berada di Kabupaten Malaka, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Timor Timur. Menurut survei BPS pada tahun 2015, Kabupaten Malaka berpenduduk 171 ribu jiwa dengan sektor pertanian sebagai sumber daya unggulan. Setiap hari, Irenius bertugas mendekatkan akses keuangan kepada masyarakat dan memberikan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di wilayah ini.

Akan tetapi, tugas itu tidak dengan mudah bisa ia lakukan. Setiap harinya, Irenius menempuh jalan yang masih belum layak, melayani masyarakat di daerah tanpa aliran listrik, hingga mengajarkan warga untuk mengenal layanan perbankan secara digital.

Hampir 5 tahun, Irenius menjadi Mantri BRI di Kabupaten Malaka. Selama bertugas, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal layanan-layanan keuangan dari lembaga formal perbankan. Kerelaan dan ketulusanlah yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut.
Edukasi harus dilakukan rutin karena, menurutnya, mayoritas warga setempat belum mengenal produk dan jasa keuangan dari lembaga formal. Masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa rentenir untuk memenuhi kebutuhan keuangannya, meskipun bunga pinjaman yang mereka tanggung sesungguhnya memberatkan.

Baca Juga: Ditargetkan Juli 2021, Kemendikbud Masih Kaji Penerapan Prokes Pembelajaran Tatap Muka

“Kalau kami kebanyakan hadapi (masyarakat) yang soal pinjaman. Jadi saat saya datang ke sini, kebanyakan (masyarakat) pakai pinjaman dari rentenir. Saya didik masyarakat supaya kenal bank. Ssekarang sudah mulai beralih dari rentenir jadi pinjam ke bank. Memang butuh waktu untuk mendidik masyarakat,” ujar Irenius.

Biasanya, Irenius memakai metode perbandingan harga dan fasilitas layanan ketika menjelaskan perbandingan layanan keuangan melalui lembaga keuangan formal seperti perbankan dan informal seperti rentenir. Penjelasan dan perbandingan itu kerap dia lakukan berulang, hingga masyarakat sadar mengenai tingginya selisih beban yang harus mereka tanggung apabila harus meminjam uang ke lintah darat.

Tak jarang dia meminta bantuan ketua adat atau tokoh-tokoh masyarakat untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menggunakan layanan keuangan dari bank. Setelah kesadaran masyarakat terbentuk, barulah dia membantu masyarakat untuk mengurus kebutuhan pembiayaan atau penempatan dana di bank.

Hampir 5 tahun, Irenius menjadi Mantri BRI di Kabupaten Malaka. Selama bertugas, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal layanan-layanan keuangan dari lembaga formal perbankan.
Hampir 5 tahun, Irenius menjadi Mantri BRI di Kabupaten Malaka. Selama bertugas, ia selalu menyempatkan waktu untuk mengedukasi masyarakat agar mengenal layanan-layanan keuangan dari lembaga formal perbankan.

Baca Juga: Jokowi Resmi Teken PP Turunan UU Cipta Kerja, Pekerja PKWT Bisa Dikontrak hingga 5 Tahun

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat