kievskiy.org

Produk Impor Mahal, Masyarakat Lirik Furnitur Lokal

PENGUNJUNG mengamati furnitur buatan dalam negeri dalam pameran Quality Furniture Sale yang digelar Ciptamedia Organizer di Graha Manggala Siliwangi Kota Bandung, Selasa (1/9/2015). Produk lokal semakin diminati saat harga produk impor naik akibat melemahnya rupiah terhadap dolar AS.*
PENGUNJUNG mengamati furnitur buatan dalam negeri dalam pameran Quality Furniture Sale yang digelar Ciptamedia Organizer di Graha Manggala Siliwangi Kota Bandung, Selasa (1/9/2015). Produk lokal semakin diminati saat harga produk impor naik akibat melemahnya rupiah terhadap dolar AS.*

BANDUNG, (PRLM).- Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberikan efek positif terhadap daya saing furnitur lokal. Dengan kualitas yang tak kalah baik, furnitur lokal kini lebih diminati oleh masyarakat saat harga produk impor naik akibat kurs dolar yang tinggi. Setidaknya hal itu terlihat di arena Pameran Quality Furniture Sale yang digelar Ciptamedia Organizer di Graha Manggala Siliwangi Kota Bandung, Selasa (1/9/2015). Hampir semua pengunjung di pameran yang berlangsung sejak 29 Agustus hingga 6 September 2015 itu lebih tertarik menghampiri tenan produk furnitur buatan anak bangsa. Salah seorang pengunjung, Hendra (45) mengatakan, dirinya tidak pernah memandang suatu produk termasuk furnitur dari segi impor atau lokal. "Buat saya yang penting kualitasnya bagus. Jika kualitasnya sama, jelas harga termurah akan saya pilih," ujarnya. Meskipun demikian Hendra mengaku, saat ini ia lebih tertarik dengan furnitur lokal, karena yang impor rata-rata sudah mengalami kenaikan harga di pasaran. Alasan itulah yang membuat Hendra lebih senang mencari furnitur di ajang pameran yang dinilai lebih sering menampilkan furnitur-furnitur lokal berkualitas tak kalah dari produk impor. Pergeseran minat konsumen terhadap produk furnitur lokal juga diakui oleh panitia penyelenggara dari Ciptamedia, Iyan. Menurut dia, sebagian transaksi di pameran tersebut kini lebih didominasi oleh tenan furnitur lokal. Iyan menambahkan, pameran tersebut diikuti oleh sekitar 30 peserta. Dari jumlah itu, 60 persennya merupakan produsen furnitur lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Menutur Iyan, furnitur lokal tersebut juga memiliki kualitas yang diakui dunia internasional karena hampir semuanya sudah mampu memasarkan produk mereka ke berbagai negara besar di Asia, Eropa dan Amerika. "Di sini kami bisa tunjukan juga bahwa produk lokal tidak berarti kualitas rendah," ujarnya. Di sisi lain, Iyan mengakui bahwa jumlah pengunjung dalam pameran kali ini menurun sekitar 10 persen dibandingkan dengan gelaran yang sama sebelumnya. Hal itu tak lepas dari lesunya perekonomian dan menurunnya daya beli masyarakat. Kendati demikian, kehadiran produk lokal berkualitas cukup menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang berkualitas. "Meskipun jumlah pengunjung menurun, jumlah transaksi tetap bisa menyamai pameran sebelumnya," kata Iyan. Sementara itu, salah seorang pemilik tenan furnitur impor Shinta (34) mengakui, omset furnitur impor memang mengalami penurunan sampai 10 persen. Tidak hanya dalam ajang pameran, hal itu juga terjadi di gerai-gerai furnitur impor lain. Shinta mengatakan, penurunan omzet tak lepas dari melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Kini, harga furnitur impor pun naik lebih dari 10 persen. (Handri Handriansyah)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat