kievskiy.org

Kampung Produsen Tusuk Sate Kebanjiran Order Jelang Kurban

SEJUMLAH warga Dusun Desa, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis sibuk membuat tusuk sate, Rabu (16/9/2015). Menjelang Hari Raya Iduladha, permintaan tusuk sate meningkat tajam. Tusuk sate produksi warga kampung tusuk sate Saguling yang dibuat secara manual tersebut, tidak hanya memenuhi permintaan lokal Ciamis, Tasikmalaya, Majenang, Kabupaten Cilacap, juga sampai Bandung dan Jakarta.*
SEJUMLAH warga Dusun Desa, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis sibuk membuat tusuk sate, Rabu (16/9/2015). Menjelang Hari Raya Iduladha, permintaan tusuk sate meningkat tajam. Tusuk sate produksi warga kampung tusuk sate Saguling yang dibuat secara manual tersebut, tidak hanya memenuhi permintaan lokal Ciamis, Tasikmalaya, Majenang, Kabupaten Cilacap, juga sampai Bandung dan Jakarta.*

CIAMIS, (PRLM).- Beberapa wanita di Dusun Desa, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg , Kabupaten Ciamis, tampak meruncingkan bilah bambu sebesar lidi, yang bakal dijadikan tusuk sate. Sedangkan lainnya menggilas gulungan bilah bambu yang sudah dibuat seperti lidi yang dimasukkan ke dalam potongan ban. Setelah seratus kali gilasan dengan kaki, bilah bambu sepanjang 22 sentimeter tersebut dikeluarkan dari gulungan ban. Selanjutnya dipukul-pukulkan ke tanah, hingga debu yang berasal dari batang bambu beterbangan. Meski debu dan serat halus bambu beterbangan, mereka tidak mempergunakan masker. Pekerjaan menggilas diulang hingga 10 kali. Setelah 1.000 kali gilasan, ratusan tusuk sate sudah terlihat lebih halus, dan runcing, dikeluarkan dari gulungan ban. Sebelum diikat mempergunakan karet gelang, tusuk sate tersebut kembali dibersihkan dari debu yang masih menempel. Setiap ikatan terdiri dari 250 tusuk sate, yang hanya dihargai Rp 1.200. Bagi warga di RW 08 Desa Saguling, rutinitas membuat tusuk sate merupakan pekerjaan yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lamanya. Sehingga tidak ayal apabila wilayah itu dikenal dengan sebutan kampung tusuk sate. Di lingkungan RT 02/08 setidaknya ada 30 perajin tusuk sate, sedangkan beberapa pembuat tusuk sate lainnya tersebar di lingkungan RT 01, 03, 04, dan 05, masih di RW yang sama. Saat ini warga tengah sibuk membuat tusuk sate. Seiring menjelang Hari Raya Iduladha, pesanan tusuk sate meningkat. Ditengah banyaknya pesanan, ternyata perajin diliputi kekhawatiran, karena terbatasnya bahan baku, berupa bambu tali tua. "Terus terang, salah satu kendalanya bahan baku, bambu tali. Tusuk sate yang bagus dari bambu tali tua dan kering. Kami harus mencari ke luar desa, harganya Rp 10.000 per batang, kalau mengambil dan tebang sendiri Rp 5.000," ungkap Ny. Engkar (48). Didampingi Ny. Ilah (65), Ny. Mamah, Ny. Emah serta Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Masyarakat, Desa Saguling, Agus Endin, dia mengaku sudah mulai membuat tusuk sate sejak masih berumur belasan tahun. Hal serupa juga dikatakan, Ny. Ilah yang sudah memiliki cucu. (nurhandoko wiyoso/A-88)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat