kievskiy.org

Jam Tangan Kayu Asal KBB Diminati Warga Afrika Selatan

PEKERJA melakukan finishing terhadap pembuatan jam tangan kayu di Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (5/1/206). Produk ramah lingkungan asal KBB ini diminati warga Afrika Selatan.
PEKERJA melakukan finishing terhadap pembuatan jam tangan kayu di Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (5/1/206). Produk ramah lingkungan asal KBB ini diminati warga Afrika Selatan.

NGAMPRAH,(PRLM).-Berbicara tentang fashion tidak melulu soal gaya dan penampilan. Namun, fashion juga harus bisa mengangkat estetika lingkungan. Setidaknya, hal itulah yang mendasari pembuatan jam tangan berbahan kayu milik Rizki Pebriani (36), warga RT 4 RW 7, Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Lantaran berbahan kayu, jam tangan buatan Rizki benar-benar ramah lingkungan. Dengan bentuknya yang unik dan alami, jam tangan kayu ini banyak diburu pencinta fashion. Bahkan, produk yang baru diluncurkan delapan bulan lalu ini sudah terjual hingga ke Afrika Selatan. Saat ditemui di tempat produksinya, Selasa (5/1/2016), Rizki mengungkapkan, ide awal pembuatan jam tangan kayu tersebut berasal dari almarhum suaminya, Andre Saefullah (42). Ia menganggap pembuatan jam kayu ini meurpakan wasiat dari suaminya. “Awalnya, saya tidak terlibat apa-apa dalam pembuatan jam kayu ini karena suami saya yang sepenuhnya punya ide, mendesain, dan bikin prototipenya. Namun sebelum produk ini diluncurkan, suami saya meninggal,” ujar ibu dua anak ini. Lantaran ingin melanjutkan proyek suaminya tersebut, Rizki bertekad untuk segera meluncurkan produk tersebut ke pasaran. Pada Mei 2015, Rizki pun mulai memasarkan produknya melalui jejaring sosial meski baru tersedia empat unit. Rizki tak menyangka, ternyata produknya banyak diminati. Bahkan, pembeli dari Afrika Selatan berkali-kali mengiriminya posel untuk mengirimkan produknya. “Karena ada pembeli dari luar negeri yang begitu antusias, saya bertekad untuk terus melanjutkan proyek ini,” katanya. Saat ini, produk Rizki juga telah mengantongi hak atas kekayaan intelektual dari pemerintah. Dibantu tujuh karyawannya, kini Rizki memproduksi jam kayu sebanyak 20 unit per pekan. Bahan kayu yang digunakan, di antaranya sonokeling, mapple, eboni, dan jati. Berbagai jenis kayu tersebut dipilih karena memiliki tekstur dan ketahanan yang cocok untuk dibuat jam tangan. Proses pembuatan satu unit jam tangan kayu tersebut membutuhkan waktu hingga dua hari, mulai dari desain, pencetakan, hingga penyelesaian. Untuk satu unit arloji kayu buatannya, ia membandrol harga Rp 500.000-Rp 900.000. Selain unik dan trendi, arloji kayu buatan Rizki juga bisa dibuatkan nama dengan pemesanan khusus. Tak heran, produk industri rumah tangga ini banyak diburu kalangan muda dari seluruh Indonesia. “Hampir semua daerah di Indonesia sudah ada yang pesan kecuali Aceh dan Papua,” ujarnya seraya menyebutkan, omset penjualan arloji kayu per bulan mencapai puluhan juta rupiah. (Cecep wijaya Sari/A-89)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat