kievskiy.org

Tengkulak Gabah Menguasai Serapan Panen Raya di Sukabumi

SUKABUMI, (PR).- Penyerapan Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdrive Cianjur, terhadap gabah kering petani di Kabupaten Sukabumi relatif masih sanggat rendah. Serapan masih berkisar 2,4% atau sebanyak 7.600 ton dari seluruh gabah hasil panen petani di Sukabumi. Ironisnya, serapan gabah hasil petani didominasi para tengkulak yang diperkirakan mencapai 304.400 ton. Mereka membeli sebagaian besar gabah petani saat panen raya Maret-April tahun ini. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi mencatat, sawah yang dipanen pada Maret seluas 48.000 hektare, sedangkan April sudah dipanen seluas 6.000 hektare. “Di Kecamatan Surade saja, Bulog pada Maret lalu hanya mampu menyerap gabah 500 ton saja. Padahal tahun lalu di bulan yang sama, Bulog bisa menyerap gabah petani Surade mencapai 800 ton. Sedangkan sisanya dibeli para tengkulak,” kata Ketua Kelompk Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Sahlan, Senin 2 April 2016. Kepala Dinas Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi, Sudrajat membenarkan minimnya serapan gabah petani Sukabumi dilakukan Bulog. Bulog hanya mampu menyerap gabah dari petani wilayah Sukabumi bagian selatan. “Sedangkan gabah petani disepanjang wilayah Pelabuhan Ratu hingga Sukabumi bagian utara dibeli para tengkulak,” ujarnya. Sudrajat sangat berharap memasuki musim panen kali ini Bulog dapat menyerap seluruh gabah petani. Diperkirakan lebih dari 20.000 hektare sawah yang siap panen disepanjang lahan petani di Kecamatan Ciemas, Ciwaru dan kecamatan Simpenan. “Bulog harus bisa berperan menyerap serapan gabah dari petani. Idealnya Bulog bisa menyerap minimal 20.000 ton. Setahun sebelumnya, Bulog hanya mampu menyerap gabah milik petani kisaran 18.000 ton,” ucapnya. Sudrajat menyayangkan Bulog malah menyerap beras dari daerah lain. Sementara, beras dari daerah Pajampangan dan Ciwaru sulit masuk. Sehingga banyak petani banyak mengeluhkan sikap Bulog yang lebih memprioritaskan gabah di daerah lain. “Seharusnya, mengedepankan skala prioritas penyerapan,” tegasnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat