kievskiy.org

Penjualan Kue Kering Meningkat Tajam

BANDUNG, (PR).- Pedagang kue kering mengalami peningkatan penjualan yang sangat signifikan. Kenaikan penjualan bervariasi, sebagian pedagang naik 200 persen, tapi ada juga yang hingga 300 persen. Setiap Idul Fitri masyarakat biasanya menyajikan kue sebagai bahan camilan untuk para tamu yang berkunjung ke rumah. Selain itu, biasanya kue tersebut juga dinikmati oleh para penghuni rumah untuk merayakan Idul Fitri. Belum lagi, terkadang para pemudik juga membawa sejumlah oleh-oleh salah satunya kue kering untuk dibawa ke kampung halaman. Karena itulah, para pelaku usaha penjualan kue mengalami peningkatan penjualan yang sangat pesat. "Saya biasanya menjual sekitar 2 hingga 3 kemasan per hari. Satu kemasan, isinya bisa 30 hingga 40 kue, tergantung jenis kuenya. Sebab beda kue beda ukuran. Nah, berdasarkan pengalaman, menjelang Idul Fitri, permintaan selalu melonjak. Tahun lalu, permintaan meningkat menjadi sekitar 10 kemasan per hari. Kenaikan permintaan biasanya mulai terjadi pada 3 pekan menjelang Idul Fitri, puncaknya yakni pada 2 pekan menjelang Idul Fitri. Adapun sepekan menjelang Idul Fitri kami tidak lagi menerima pesanan karena para pegawai dan toko bahan produksi sebagian sudah tutup dan mudik," ujar pemilik Sugar Sugar, Ani Aprilianti kepada "PR" di Bandung, Kamis, 30 Juni 2016. Ia menjual beberapa macam kue kering. Tahun lalu, para pelanggan banyak yang memesan kue nastar. Akan tetapi, tahun ini justru yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap penjualan yakni kue coklat kering. Ia menjelaskan, ada sekitar 8 macam kue yang ia jual. Satu kemasan dijual Rp 30.000, tapi bila membeli per paket dengan isi 7 kemasan, Ani menjualnya dengan harga Rp 180.000. Pada satu paket, terdapat 7 jenis kue dengan rasa yang beraneka ragam. Ia menjelaskan, untuk kepraktisan, biasanya para pengunjung membeli yang kemasan, jadi ketika datang ke rumah tinggal ambil. Pemilik Linna's Cookies, Linna Widia mengatakan, usaha kue kering miliknya selama Bulan Ramadan juga mengalami peningkatan. Bahkan, permintaan tidak hanya dari Kota Bandung saja, tapi banyak juga pemesan dari luar Kota Bandung. Menurutnya, setiap Ramadan, khususnya menjelang Idul Fitri, Tahun Baru, dan hari-hari raya lainnya, permintaan kue kering meningkat hingga dua bahkan tiga kali lipat dari biasanya. Bila pada hari biasa penjualan hanya sekitar 50 stoples, saat Ramadan bisa mencapai sekitar 150 stoples. Pada saat inilah momen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengerjaan kue karena jumlah permintaan sangat banyak. "Omzet dari usaha tersebut sangat baik dan menjanjikan. Salah satu contoh, pada tahun lalu saat kami bekerjasama dengan bank daerah, omzet kami hampir mencapai sekitar Rp 2 miliar. Berkat kegigihan dan ketekunan kami, kue-kue produk kami seperti kastengels, sagu keju, nastar cengkeh, salju susu, dan keju, juga dipesan dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan pada tahun ini, kami menerima pesanan dari daerah Aceh. Selain Aceh, pesanan juga ada yang datang dari Riau, Medan, dan Surabaya. Tidak hanya Ramdan, mereka juga memesan menjelang hari-hari besar seperti Tahun Baru dan Natal," ujarnya menjelaskan. Menurut Linna, kue yang dijualnya memiliki harga yang bervariasi. Mulai dari yang memiliki harga Rp 75.000 per kemasan hingga yang memiliki harga ratusan ribu rupiah. Ia berharap, selain mempertahankan produk yang sudah ada, dirinya juga bisa melahirkan inovasi dan kreasi lainnya yang diminati oleh para penyuka kue-kue kering. Lebih jauh lagi, ia berharap sejumlah pengusaha kue Indonesia bisa terus berkembang dan maju dan unggul dalam persaingan. Sebab, saat ini tidak sedikit produk-produk mancanegara yang masuk ke Indonesia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat