kievskiy.org

Disparitas Perkotaan dan Pedesaan Masih Tinggi

Seorang pemetik teh berkomunikasi menggunakan telepon seluler, di Kampung Ciarileu, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Rabu 9 Agustus 2017. Lancar dan kuatnya jaringan Telkomsel kini sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi warga, khususnya di pedesaan.
Seorang pemetik teh berkomunikasi menggunakan telepon seluler, di Kampung Ciarileu, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Rabu 9 Agustus 2017. Lancar dan kuatnya jaringan Telkomsel kini sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi warga, khususnya di pedesaan.

JAKARTA, (PR).- Badan Pusat Statistik mencatat persentasi penduduk miskin pada Maret 2018 sebesar 9,82 persen atau terendah sepanjang sejarah. Meskipun demikian, pemerintah masih harus mengatasi tingkat ketimpangan‎ di pedesaan yang semakin meningkat.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, jumlah penduudk miskin Maret 2018 mencapai 25,95 juta orang. Jumlah penduduk miskin itu berkurang 633,2 ribu orang dibandingkan September 2017 sebesar 26,58 juta orang atau 10,12 persen dari total penduduk.

"Persentase ini memang terendah sepanjang ejarah, karena sebelumnya bila melihat persentase kemiskinan ‎selalu double digit. Baru kali ini kemiskinan single digit," ujar Suhariyanto saat konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin 16 Juli 2018.

Dia mengatakan, persentase penduduk miskin di Indonesia tidak selamanya mengalami penurunan pada setiap waktu. Pemerintah juga harus mewaspadai laju penurunan kemiskinan yang semakin melambat akhir-akhir ini.

Suhariyanto mengatakan, pemerintah juga perlu fokus dalam memperbaiki kemiskinan di pedesaan. Sebab disparitas kemiskinan antara di perkotaan dan pedesaan sangat tinggi. Berdasarkan data BPS, persentase penduduk miskin di perkotaan sebanyak 7,02 persen. Sementara persentase penduduk miskin di edesaan mencapai 13,2 persen.

"Itu berarti persentase kemiskinan di desa hampir mencapai dua kali lipatnya.‎ Ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan pembangunan di pedesaan," ujar dia.

Ketimpangan pengeluaran

Selain itu, Suhariyanto‎ mengatakan, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk pedesaan Maret 2018 juga mengalami kenaikan menjadi 0,324 dari 0,32 pada September 2017. Padahal secara keseluruhan, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia mengalami penurunan dari 0,391 pada September 2017, menjadi 0,389 pada Maret 2018.

Menurut Suhariyanto, terdapat beberapa faktor kemiskinan di Indonesia pada periode September 2017 sampai Maret 2018. Faktor pertama adalah kenaikan harga beras cukup tinggi yaitu mencapai 8,57 persen. Hal ini disinyalir menyebabkan penurunan kemiskinan menjadi tidak secepat peridoe Maret 2017-September 2017. "Para periode sebelumnya, harga beras relatif tidak berubah," ujar dia.

Sementara faktor tingkat kemiskinan selanjutnya adalah rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk rumah tangga yang berada di 40 persen etrbawah, tumbuh 3,06 persen selama periode September 2017 - Maret 2018. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang menurunkan kemiskinan. Faktor tersebut yaitu inflasi September 2017-Maret 2018 yang cukup rendah sebesar 1,92 persen.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat