kievskiy.org

Khawatir Disrupsi Digital dan Kompetitor, Lembaga Keuangan Kian Gencar Investasi Big Data

ILUSTRASI.*/CANVA
ILUSTRASI.*/CANVA

BANDUNG, (PR).- Kekhawatiran kian masifnya disrupsi digital mendorong semakin banyak perusahaan, khususnya lembaga keuangan, menggenjot penerapan serta investasi big data dan artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan). Apalagi, saat ini persaingan usaha berlangsung semakin sengit.

Chief Digital E-commerce Fintech (DEF) Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Nur Islami Javad (Jeff), mengatakan, berdasarkan hasil survey 2019, 92% dari 65 perusahaan responden meningkatkan investasi big data/AI. Sebanyak 75% responden mengaku khawatir terhadap disrupsi digital, sehingga menggenjot penerapan dan investasi big data/AI.

"Sebanyak 91,7% responden menjadikan kompetisi yang semakin ketat sebagai pendorong penerapan dan investasi big data/AI," ujarnya.

Lembaga–lembaga keuangan tersebut, menurut dia, tidak hanya menggunakan data internal perusahaan. Mereka juga menggunakan data dari pasar dan sumber alternatif lain yang mendukung pengembangan machine learning.

"Akan tetapi, walaupun adopsi big data terus meningkat, masih banyak perusahaan kesulitan mengambil manfaat nilai dari data yang diperoleh," tuturnya.

Hasil survey menunjukkan, hanya 9% responden yang menilai bahwa keberadaan big data sangat efektif dalam memberikan nilai bagi perusahaan. Sebanyak 48% menilai agak efektif, 28% netral, 13% kurang efektif, dan 2% tidak efektif.

"Hanya sebagian perusahaan yang yakin bahwa mereka sudah efektif memperoleh data insight unyuk user," ujar Jeff.

Kendala terbesarnya, menurut dia, adalah kurangnya keahlian dan staf teknologi informasi (TI) yang menangani pekerjaan tersebut. Persoaln lainnya adalah kurangnya teknologi atau alat untuk mendukung downstream application dengan data yang tepat pada waktu yang tepat.

"Selain itu, mereka juga mengaku kekurangan waktu untuk memilah data serta kurang investasi dalam analytics platfotm," tutur Jeff.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat