kievskiy.org

Petani Lemah di Pemasaran dan Pendanaan, Masih Tergantung Tengkulak dan Rentenir

SEORANG petani sedang memanen di area persawahannya. *
SEORANG petani sedang memanen di area persawahannya. * /SHOFIRA HANAN/PR Shofira Hanan/

PIKIRAN RAKYAT - Petani kecil Indonesia masih sulit melepaskan diri dari ketergantungan terhadap tengkulak dan rentenir. Akibatnya, banyak petani yang terjerat kemiskinan. 

Chief Executive Officer Ralali.com, Joseph Aditya, mengatakan, untuk pemasaran produk, petani sangat mengandalkan pasar konvensional dan tengkulak. Kondisi itu membuat mereka tidak bisa menjual hasil pertanian dengan harga optimal.

"Di sisi lain, petani juga belum bisa melepaskan kehadiran rentenir dari rantai distribusi produk pertanian," ujarnya, melalui siaran pers yang diterima Pikiran Rakyat.com, Minggu, 9 Februari 2020.

Baca Juga: Tumbuh Double Digit, Pasar Game Indonesia Didominasi Asing

Lahan yang relatif kecil, yang kadang tanpa sertifikat, menurut dia, membuat petani kesulitan mendapatkan akses ke sumber pembiayaan formal untuk mengembangkan usaha.

Akibatnya, petani lebih memilih meminjam uang dari rentenir, karena prosedurnya yang dinilai praktis dan proses pencairan dananya yang lebih cepat.

"Petani juga tidak perlu meninggalkan pekerjaan untuk mendapatkan pinjaman, karena rentenir menggunakan sistem jemput bola dengan cara mendatangi petani langsung," tutur Joseph.

Baca Juga: 4 Alasan Wanita Sering Jatuh Cinta pada Pria yang Tak Bisa Dimiliki

Persoalannya, menurut dia, petani yang mendapatkan pendanaan dari rentenir tidak dibekali konsep akuntansi dan manajemen, termasuk yang paling sederhana sekali pun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat