PIKIRAN RAKYAT - Tingginya harga jagung yang merupakan pakan utama menjadi salah satu penyebab rendahnya daya saing peternak ayam rakyat dan mandiri di tanah air. Bahkan, harga jagung di Indonesia dikatakan merupakan yang termahal di dunia.
Wakil Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Abbi Angkasa Perdana Darmaputra mengatakan, sejak 2015 lalu pemerintah Indonesia menutup keran impor jagung. Kebijakan tersebut diambil untuk mensejahterakan petani jagung.
Baca Juga: Puan Maharani: Negara Tidak Maju Jika Perempuannya Tertinggal
Namun persoalannya, pasokan jagung lokal di Indonesia menurutnya, sangat terbatas. Alhasil, harga jagung lokal yag lebih tinggi dan terkadang sulit didapat. Harga jagung lokal terendah saat ini Rp 4.300 per kilogram dengan rata-ratanya Rp 4.600 per kilogram dan bisa mencapai Rp 5.300 per kilogram saat musim paceklik.
“Masalahnya ada di jagung, ketika pemerintah melarang impor jagung untuk memperbaiki kehidupan petani jagung kenyataanya ternyata over demand sejak 2015, sehingga jagung sangat mahal. Harga kita ini jauh lebih 30% dibanding Brazil. Harga jagung di Indonesia termahal di dunia,” ujarnya di Bandung, belum lama ini.
Ia mencontohkan, untuk jagung dari Brazil harga jual komoditas tersebut sampai di Indonesia dikisaran Rp 3.500-3.700 per kilogram.
“Kita berharap pemerintah mencari jalan keluar terbaik untuk meningkatkan daya saing agar para peternak dapat bertahan. Khususnya pembenahan pada bahan dasar pembentuk efisiensi dan daya saing. Mengenai harga kita yang selangit di bahan baku. Dan skill serta kemampuan infrastruktur yang dibiarkan begitu saja. Mau sampai kapan diam,” ujarnya.
Karena lemah dalam daya saing, Abbi mengatakan, jumlah peternak ayam rakyat dan mandiri di Indonesia terus berkurang. Jika pada 2008-2014, peternak ayam rakyat dan mandiri mampu memenuhi sekitar 55-60% kebutuhan nasional. Maka saat ini jumlahnya terus merosot.