kievskiy.org

Jelang Ramadan Harga Pangan di Kota Bogor Cenderung Stabil, Daya Beli Masyarakat Menurun

Ilustrasi pedagang di Pasar .*
Ilustrasi pedagang di Pasar .* /Shofira Hanan/”PR”

PIKIRAN RAKYAT - Harga sejumlah komoditas pangan  di Kota Bogor  cenderung  stabil  sepekan menjelang   bulan Ramadan.  Namun demikian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor  menyebut terjadi penurunan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok akibat dampak wabah Covid-19.  

Berdasarkan pantauan harga di sejumlah pasar tradisional di Kota Bogor,  mayoritas   harga kebutuhan pokok cenderung tak berubah selama sepekan terakhir.  Bahkan, harga beberapa kebutuhan pokok  justru menurun.  Seperti di Pasar Anyar Kota Bogor, harga  telur ayam  mengalami penurunan dari sebelumnya Rap 25.000 per kilogram menjadi Rp 24.500 perkg.

Harga bawang merah ukuran sedang juga mengalami penurunan, dari sebelumnya Rp 50.000 per kg turun menjadi  Rp 46.500 perkg.  Demikian pula harga bawang putih ukuran sedang,  dari sebelumnya Rp 41.000 per kg, turun menjadi Rp 37.500 per kg.

Baca Juga: Tak Mampu Bayar Hotel untuk Karantina Mandiri di India, 6 Turis Terpaksa Sembunyi di Gua

Penurunan harga juga terjadi pada komoditas cabai rawit hijau dan merah.  Cabai rawit hijau yang sebelumnya  seharga Rp 25.000 per kg, kini turun menjad Rp 22.500 per kg. Sementara cabai rawit merah yang sebelumnya,   seharga Rp 37.500 per kg,  turun menjadi Rap 35.000 per kg.  Harga cabai rawit keriting juga turun dari sebelumnya Rap 25.000 per kg menjadi Rap 23.000 per kg. Kenaikan harga hanya terjadi pada  komoditas cabai merah besar, dari  sebelumya Rap 26.000 naik menjadi Rp 26.500 per kg.

Daya beli menurun

Sementara itu,  Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Gandjar Gunawan mengatakan,  sejauh ini harga dan pasokan kebutuhan pokok tidak terganggu  dan relatif aman. Namun demikian,  daya beli masyarakat cenderung menurun, bahkan terhadap kebutuhan pokok sekalipun.

Baca Juga: RSUP dr. Sardjito Yogyakarta Masih Kekurangan APD, Perlu Bantuan Para Donatur

“Tidak ada panic buying,  yang sangat terasa itu daya beli menurun.  Kalau  panic buying kan orang-orang berlomba-lomba memborong dalam waktu bersamaan. Sementara sekarang mungkin sudah mulai terasa, ada yang dirumahkan,  ada yang pendapatannya menurun, otomatis  pembeli berkurang,” kata Gandjar.

Daya beli yang menurun, lanjut Gandjar tentu berimbas pada penurunan harga komoditas pangan. Apalagi jika stok di pasaran masih melimpah. Namun demikian, Disperindag Kota Bogor sendiri belum fokus mengkaji berapa persen penurunan daya beli masyarakat, karena masih fokus dalam penanganan dampak Covid-19.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat