PIKIRAN RAKYAT - Seruan untuk memboikot produk-produk yang mendukung serangan Israel di Palestina kembali mencuat. Seruan ini semakin gencar di media sosial usai Israel melakukan kekerasan perang terhadap warga sipil Palestina.
Namun bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?
Menurut pengamat ekonomi syariah, Muhammad Syakir Sula, gerakan boikot tidak akan terlalu berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
“Jangan membayangkan kita akan memboikot dan perusahan-perusahan ini tutup. Indonesia beda dengan Malaysia, karena masyarakat kita heterogen,” katanya dilansir dari BBC News Indonesia.
Meski belum tentu berujung pada penutupan perusahaan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, kemungkinan besar gerakan boikot ini berpengaruh terhadap penurunan pendapatan perusahaan.
“Dampaknya penurunan aset 20 persen sampai 30 persen. Tidak semua orang peduli dengan apa yang terjadi, jadi saran saya biarkan saja,” ujar Syakir.
Boikot Tak Serta-merta Membuat Ekonomi Israel Lumpuh
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Paramadina, Shiskha Prabawaningtyas menilai, aksi boikot bisa merugikan ekonomi Indonesia, ketimbang melumpuhkan ekonomi Israel.
“Ada ruang-ruang kontestasi identitas dan afiliasi, itu mensimplifikasi bahwa tidak memboikot Israel sama saja dengan (mendukung genosida), itu simplifikasi. Padahal belum tentu begitu,” kata Shiskha.