kievskiy.org

A Thousand Cuts: Kisah Pembungkaman Pers dan Demokrasi di Filipina yang Mungkin Terjadi di Indonesia

Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat diwawancarai Maria Ressa.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat diwawancarai Maria Ressa. /YouTube/PBS Distribution

PIKIRAN RAKYAT - Pembunuhan dengan korban mereka yang diduga pengedar dan pengguna narkoba marak kala Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkuasa. Aksi pembasmian tersebut bahkan melibatkan aparat negara dengan dalih kampanye perang terhadap barang-barang terlarang itu. 

Liputan mendalam sebuah media massa terhadap  aksi penghilangan nyawa paksa di luar hukum dan putusan pengadilan tersebut membelalakkan mata publik atas impunitas para pelaku dan kekerasan yang dapat restu pemerintah. 

"Jangan memakai narkoba karena saya akan membunuhmu," demikian pidato Presiden Duterte dalam sebuah kesempatan. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak 19 November 2021: Cancer, Leo, dan Virgo, Saatnya Minta Promosi Jabatan

Betul upaya memberantas narkoba merupakan hal yang terpuji, tetapi yang dilakukan Duterte justru menimbulkan teror dan kekerasan tanpa peduli hak asasi serta merenggut nyawa manusia sonder putusan pengadilan. 

Dan film A Thousand Cuts merekam betul bagaimana perang terhadap narkoba yang dilancarkan Duterte justru ikut memberangus demokrasi dan kebebasan pers di negeri tetangga tersebut.

Film dokumenter yang mengisahkan sosok Maria Ressa, pemimpin media Rappler di Filipina yang berhadapan dengan Duterte karena sejumlah liputan mendalam medianya menelisik praktik penghilangan nyawa paksa di luar hukum dengan dalih pemberantasan narkoba oleh pemerintahan Duterte. 

Baca Juga: Ibu Rizky Billar Bantah Anak yang Dikandung Lesti Kejora Cucu Pertamanya, Fakta Baru Terungkap

Selepas pidato Duterte mengumandangkan perang terhadap narkoba, mayat-mayat yang ditengarai pengguna narkoba pun ditemukan bergelimpangan di sudut-sudut kota di Filipina.

Berbagai pemberitaan Rappler menelusurinya menuai murka penguasa. Berita media tersebut dilabeli sebagai kabar bohong dan akun media sosial Maria mengalami perundungan. Bak air bah serangan itu terus menghantam Rappler tanpa henti.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat