PIKIRAN RAKYAT – Ketika berbagai varian baru Covid-19 ditemukan di Indonesia, para pakar kesehatan membolehkan umat Islam untuk menunaikan salat Idul Fitri di luar rumah secara berjamaah dengan sejumlah syarat terkait protokol kesehatan.
Guru Besar Paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada tidaknya varian virus corona haruslah menjaga jarak setidaknya satu meter dengan orang lain dan mengenakan masker, termasuk ketika salat Idul Fitri.
Ketua Tim Pedoman dan Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI Eka Ginanjar menekankan bahwa pentingnya memperhatikan lokasi penyelenggaraan salat Idul Fitri, apakah masuk zona merah atau bukan, banyak pendatang dari luar area atau tidak, sehingga risikonya dapat diprediksi.
Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Agama tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri yang menyatakan kegiatan-kegiatan ibadah dengan kapasitas 50 persen ruangan untuk wilayah berzona hijau dan kuning.
Menurut Ketua Tim Pedoman dan Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI perlu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh sebelum jemaah melaksanakan salat Idul Fitri. Dia mengingatkan agar jamaah jangan sampai melanggar aturan menjaga jarak.
"Protokol kesehatan dilaksanakan ketat dengan mewajibkan pakai masker, screening suhu, mencuci tangan dan jangan berkerumun," katanya.
Kemudian pada pelaksanaannya, semua orang wajib memperhatikan sejumlah hal, yaitu memiliki ventilasi bagus (apabila di dalam ruangan dengan durasi salat yang pendek), serta jarak terjaga dengan pengaturan shaf yang baik.
Baca Juga: Jawa Barat Antisipasi Lonjakan Harga Barang Kebutuhan Pokok Jelang Lebaran
Mengenai masker, para pakar kesehatan mengutamakan masker bedah yang pas di wajah dibanding masker kain lantaran masker bedah mampu menghalangi partikel air liur yang keluar dari mulut dan hidung agar tidak mengenai orang lain.