kievskiy.org

Apa Itu Bisphenol A? Bahan Kimia pada Kemasan Plastik yang Bepotensi Ganggu Kesehatan Mental Anak

Ilustrasi kandungan bisphenol A yang terdapat pada kemasan plastik polikarbonat.
Ilustrasi kandungan bisphenol A yang terdapat pada kemasan plastik polikarbonat. /Pixabay/stux

PIKIRAN RAKYAT - Salah satu penelitian menunjukkan bahwa paparan Bisphenol - A (BPA) menimbulkan perubahan perkembangan otak secara dimorfik. Seperti penelitian berjudul Dampak Paparan Bisphenol-A pada Brain Development dan Gangguan Perkembangan Mental yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Farmasi Unair Surabaya, Prof. Junaedi Khotib.

Junaedi Khotib mengatakan, kajian tersebut menyatakan bahwa perkembangan dan fisiologi hipotalamus neuroendokrin dan pengendalian keseimbangan energi mengalami gangguan, dan proses learning memori pada hipokampus mengalami penurunan.

Menurut Junaedi, adanya BPA akan menimbulkan kerusakan yang kompleks dengan melibatkan jalur hormonal dan epigenetik.

Meski sampai saat ini, kuantitasi gangguan pada model tikus secara invivo belum dapat ditranslasikan ke dalam model dosis-respons yang sangat jelas pada manusia. Tetapi ini harus menjadi pemikiran dan peringatan akan adanya gangguan kesehatan yang akan terjadi ketika terdapat paparan BPA dan berdampak serius pada kesehatan manusia baik secara fisik maupun mental.

Baca Juga: Soal Pencarian Anak Ridwan Kamil di Swiss, Dubes RI: Tak Ada Batas Waktu

Baca Juga: Tak Main-main, KBRI Bern Beberkan Alat Super Canggih yang Dipakai Swiss dalam Pencarian Anak Ridwan Kamil

"Potensi dampak merugikan BPA pada diferensiasi dan fungsi otak sangat besar dan kompleks, karena perubahan yang dihasilkan kemudian dapat menyebabkan perubahan organik maupun perilaku organisme," kata Prof. Junaedi Khotib dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu, 28 Mei 2022.

Menurut Junaedi Khotib, fokus penelitian tersebut untuk mengevaluasi dampak BPA terhadap gangguan pembentukan dan maturasi sel saraf pada otak berdasarkan data invitro, invivo dan epidemiologi.

"Upaya ini berhubungan erat dalam mencegah timbulnya berbagai gangguan saraf, mental, perilaku dan kualitas generasi Indonesia pada masa depan," katanya.

Junaidi Khotib membeberkan beberapa poin kesimpulan penting terkait penelitiannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat