kievskiy.org

Mengenal Rasisme: Perilaku yang Merugikan Orang Lain

Ilustrasi rasisme.
Ilustrasi rasisme. /Pixabay/Maiconfz Pixabay/Maiconfz

PIKIRAN RAKYAT - Perilaku diskriminasi yang terus-menerus terjadi bisa menimbulkan gejolak dan protes karena hal itu merugikan orang lain, memperlakukan mereka berbeda dan lebih buruk. Praktik itu juga berarti menganggap ras atau budaya tertentu lebih baik dari yang lain.

Rasisme sering terjadi hanya karena sebuah perilaku dan ketidaksetaraan berdasarkan warna kulit, ras, asal usul, dan suku seseorang sehingga melanggar dan membatasi kebebasan seseorang. Kebanyakan rasisme terjadi karena perbedaan warna kulit.

Kasus rasisme diduga menimpa George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun yang ditangkap polisi Minneapolis, Amerika Serikat pada 25 Mei 2020 karena dianggap membeli rokok dengan uang palsu. Polisi bernama Derek Chauvin menghukum Floyd dengan menempatkan lutut kirinya di antara kepala dan leher Floyd. Floyd meminta tolong dan berkata tak bisa bernapas dan tubuhnya tak bisa bergerak setelah berada di posisi tersebut selama enam menit. Tapi Chauvin bergeming, ia tetap pada posisinya sepanjang delapan menit 46 detik. Floyd meninggal satu jam setelah kejadian.

Kasus ini menyebabkan demonstrasi di berbagai negara seperti AS, Selandia Baru, dan Australia, dan masih banyak lagi. Rasisme tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga bisa menyebabkan kematian seseorang, bullying, melanggengkan impunitas (keadaan seseorang tidak dapat dipidana), menyebabkan konflik terbuka, menyebabkan kesenjangan akses pendidikan, pekerjaan, dan lainnya, bahkan rasisme juga kerap dilakukan terhadap perempuan.

Baca Juga: Ketika Romelu Lukaku Jadi Sasaran Rasisme Suporter Juventus tapi Berujung Kartu Merah

Di Indonesia, masih banyak kasus rasisme terutama pada orang Papua, seperti pada kasus seorang mahasiswa Papua yang berkuliah di Jakarta yang diduga tidak mendapatkan perlakuan yang layak baik saat berbelanja di sebuah toko dan tidak dilayani dengan baik, hingga tempat tinggal yang tidak menerima karena orang Papua dianggap kotor dan keras.

Karena mahasiswa yang bukan dari Papua menganggap mereka bersifat kasar, kotor, dan lainnya, hal itu menjadi hambatan besar bagi mahasiswa Papua untuk mendapatkan teman, bahkan tidak jarang pula perlakuan yang tidak baik mereka dapatkan dari masyarakat.

Pandangan tersebut seharusnya dihapuskan karena baik orang Papua atau siapa saja adalah sama, baik berkulit putih atau hitam, semua setara, apalagi untuk mendapatkan ilmu, itu adalah hak semua orang tanpa memandang ras dan suku manapun. Kasus rasisme terhadap orang berkulit putih di Indonesia bukan hal yang baru, kasus ini sudah ada sejak lama. Oleh karenanya, sikap rasisme yang terus menerus akan menyebabkan diskriminasi dan merugikan orang lain. (Siti Salafiyah Hamidah)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat