kievskiy.org

1 dari 3 Remaja Indonesia Punya Masalah Kesehatan Mental, Penting untuk Miliki Keterampilan Emosional

Ilustrasi masalah kesehatan mental remaja.
Ilustrasi masalah kesehatan mental remaja. /Pexels/cottonbro

PIKIRAN RAKYAT - Sebanyak 1 dari 3 remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental berdasarkan data survei dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022. Jumlah persentase yang mencapai 34,9% itu setara dengan 15,5 juta remaja di Indonesia.

Selain itu, data survei rumah tangga berskala nasional yang mengukur prevalensi gangguan mental remaja itu menunjukkan bahwa 1 dari 20 remaja (5,5%) mengalami satu jenis gangguan mental. Jumlah itu setara dengan 2,45 remaja Indonesia.

Data itu diungkapkan Plt. Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Rini Handayani, dalam kegiatan workshop pekan lalu. Melalui rilis, remaja dikatakannya sebagai kelompok potensial yang perlu mendapatkan perhatian serius karena mengalami periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik fisik maupun psikis, tetapi mengalami berbagai persoalan mental.

Psikolog Dono Baswardono menyebutkan bahwa upaya kesehatan mental remaja dimulai dari penerimaan perasaan sampai bagaimana orangtua memberikan rasa aman kepada anak-anaknya, terlebih remaja. Saat tidak sehat secara mental, remaja bisa mengalami gangguan seperti kecemasan sampai depresi.

Baca Juga: Bayang-Bayang Krisis Pangan Pascapandemi Covid-19

"Sekitar 8% remaja mengalami depresi setiap tahun. Depresi dapat memicu masalah seperti kesulitan di sekolah dan dalam berhubungan dengan orang lain sehingga kenyamanan hidup menurun, bahkan bunuh diri. Ini adalah gangguan emosi, bukan sikap yang dapat dikontrol atau dihilangkan. Namun depresi dapat dipulihkan dengan psikoterapi dan pengobatan," ucap Dono di Bandung.

Saat remaja sudah mengalami depresi, ia memperlihatkan tanda-tanda yang bisa dicermati para orangtua. Di antaranya adalah perubahan pola tidur menjadi berkurang, berlebih, atau sulit tidur. Lalu, ada keluhan fisik seperti sakit perut, sakit kepala, dan pegal linu.

"Lalu ada hambatan emosional. Jadi mudah menangis, ledakan kemarahan, harga diri rendah, melukai atau menyakiti diri sendiri, suasana hati naik turun, bereaksi berbeda pada hal-hal yang menurut umum biasa saja," katanya.

Selain itu, tanda-tanda depresi juga terlihat dari munculnya masalah di sekolah. Remaja itu akan mulai membolos, enggan berangkat sekolah, kurang terlibat dalam kegiatan di sekolah, dan sulit berkonsentrasi. Ia pun mulai menarik diri sehingga mengurangi waktu bergaul dengan teman-temannya, memendam diri di kamar saja, dan nyaris membisu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat